Menangis merupakan sesuatu yang amat sering kita jumpai, bahkan tidak jarang pula kita lakukan. Menangis merupakan ekspresi seseorang menggambarkan suasana hatinya.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, ”Siapa saja yang berdzikir kepada Allah kemudian mengalir air matanya hingga menetes ke tanah disebabkan rasa takutnya kepada Allah, niscaya Allah tidak akan menyiksanya pada hari kiamat.” (HR Al-Hakim).
Menangis yang akan memberikan manfaat kelak di akhirat adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam sabdanya di atas, yakni menangis ketika berdzikir mengingat Allah yang disebabkan karena munculnya rasa takut kepada Allah.
Menangis merupakan kebiasaan para Nabi dan Rasul serta para ulama. Sedemikian besarnya manfaat menangis, sampai-sampai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memerintahkan bagi yang tidak mampu menangis karena takut kepada Allah untuk berpura-pura menangis.
Hal ini sebagaimana beliau ungkapkan pada kesempatan lain. ”Wahai manusia, menangislah! Jika kalian tidak mampu menangis, pura-puralah kalian menangis. Karena sesungguhnya penduduk neraka akan menangis di neraka, hingga air mata tersebut seolah-olah membentuk aliran sungai di wajah mereka.” (HR Abu Ya’la).
Menjelaskan hadits di atas, adalah sabda beliau lainnya yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Hurairah RA, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, ”Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah pada saat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.”
Di antara ketujuh golongan tersebut, Rasulullah SAW menyebutkan salah satunya adalah seseorang yang berdzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam keadaan sunyi tiba-tiba meneteslah air matanya.
Hadits ini menjelaskan hadits yang diriwayatkan oleh Imam At Thabrani, yakni menangis yang menimbulkan rasa takut kepada Allah ketika berdzikir dilakukan dalam keadaan yang sunyi. Dalam arti tidak ada orang yang melihatnya.
Menangis dalam kesunyian lebih memungkinkan untuk timbulnya keikhlasan dalam diri orang tersebut. Lain halnya jika menangis di tengah keramaian. Boleh jadi menangis itu bukan karena dorongan rasa takut kepada Allah, tapi terbawa suasana dan perasaan tidak enak bila tidak menangis.
Menangisnya para Nabi dan Rasul serta para ulama benar-benar karena rasa takut mereka kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bukan tangisan yang disebabkan oleh lantunan musik mendayu-dayu, bukan pula perkataan seseorang yang menjadikan mereka sedih. Bisakah kita menangis karena rasa takut kepada Allah?
(ave/dikutip dari republika.co.id edisi Rabu, 13 Mei 2020)
Discussion about this post