Avesiar – Jakarta
Kejayaan Islam di Andalusia memang begitu membanggakan. Saat kejayaannya, berbagai ilmu pengetahuan Islam berkembang dan mempengaruhi dunia. Namun, ternyata kejayaan yang lalai terhadap nilai-nilai Islam, akhirnya runtuh.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut sejarah kejayaan hingga runtuhnya Andalusia, dengan benteng terakhirnya kerajaan Granada yang berakhir menyedihkan.
Kordoba merupakan salah satu pusat budaya yang maju dalam dunia Islam. Karya-karya ilmuwan dan filsuf Al-Andalus, seperti Abul Qasim dan Ibnu Rusyd (Averroes) memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan intelektual di Eropa zaman pertengahan.
Muslim dan non-Muslim sering datang dari luar negeri untuk belajar di berbagai perpustakaan dan universitas terkenal di Al-Andalus. Yang paling terkenal adalah Michael Scot, yang menerjemahkan karya-karya Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, dan Al-Bitruji dan membawanya ke Italia. Karya-karya ini kemudian memiliki dampak penting dalam berawalnya Renaisans di Eropa.
Al-Andalus adalah nama dari bagian Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) yang dikuasai Muslim atau orang Moor antara tahun 711 dan 1492.[1] Al-Andalus juga sering disebut Andalusia, tetapi penggunaan ini memiliki keambiguan dengan wilayah administratif di Spanyol modern Andalusia.
Masa kekuasaan Islam di Iberia dimulai sejak Pertempuran Guadalete, ketika pasukan Umayyah pimpinan Thariq bin Ziyad mengalahkan orang-orang Visigoth yang menguasai Iberia.
Awalnya Al-Andalus merupakan provinsi dari Kekhalifahan Umayyah (711-755), lalu berubah menjadi sebuah keamiran (756-929), sebuah kekhalifahan sendiri (929-1031), dan akhirnya terpecah menjadi “taifa” atau “Muluk ath-Thawaif” dalam bahasa Arab yaitu kerajaan-kerajaan kecil (1031-1492).
Pemimpin Muslim terakhir di Andalusia Spanyol Abdillah Muhammad bin Al Ahmar, keluar dari istana kerajaan dengan hina. Malam itu, Andalusia telah jatuh ke tangan kerajaan Katolik setelah berada di bawah kekuasaan Islam selama lebih dari 800 tahun.
Dia meninggalkan istana dengan hati pilu, dadanya sesak. Hingga sampai di sebuah bukit yang cukup tinggi. Dari sana dia menatap Istana Al Hambra, dia menangis tersedu-sedu hingga jenggotnya basah kuyup dengan air mata.
Awal puncak kejayaannya adalah ketikan pada tahun 92H/711M Spanyol berhasil ditaklukan oleh seorang pemuda mualaf yang baru 3 tahun memeluk Islam yaitu Thariq bin Ziyad, Ia pemuda asal suku barbar (suku asli Afrika Utara) yang dipercaya oleh gubernur Islam Afrika Utara saat itu Musa bin Nushair untuk menjadi panglima.
Masuk nya Islam di Andalusia bermula dari banyaknya laporan dari warga negeri seberang (Spanyol), bahwa rakyat disana menderita, kelaparan, dan rajanya kejam. Ditambah raja Yulian kerajaan Ceuta mengirimkan surat ingin membantu kaum muslim untuk menyerang kerajaan Visigoth yang dipimpin oleh raja Roderick.
Raja Yulian menawarkan kerja sama kepada Musa bin Nushair karena anak dari Raja Yulian telah dilecehkan oleh raja Roderick. Namun, Musa bin Nushair menolak tawaran tersebut dan ingin membuktikan sendiri apakah benar hal itu terjadi.
Musa bin Nushair mengirimkan Tharif bin Malik untuk menjadi menyelidiki apakah betul keadaan di negeri seberang seperti itu. Ternyata benar, Musa bin Nushair mengirimkan Thariq bin Ziyad membawa pasukan perang untuk menghadapi Spanyol.
Thariq bin Ziyad menyebarang selat Gibraltar. Nama selat Gibraltar merupakan bentuk penghormatan atas Thariq yang mana dalam bahasa Arab Jabal Thariq yang artinya Bukit Thariq. 12.000 pasukan muslim melawan 100.000 pasukan Visigot.
Perang berlangsung 8 hari dan dimenangkan oleh kaum muslim.
Perjuangan Thariq tak hanya di Spanyol namun juga mampu menaklukan Portugal dengan mudah. Dibangunlah dinasti Umayyah II berpusat di Cordoba, Andalusia setelah Abdurrahman Ad-Dhakil berhasil merebut Andalusia dari Abbasiyah. Secara geologis wilayah kekuasaan terbentang dari Portugal hingga sebagian besar wilayah Spanyol.
Pada zamannya, Andalusia dikenal bak surganya dunia karena begitu indah dan megahnya bangunan-bangunan disetiap sudut. Seperti Istana Medina Az-Zahra, Istana Al-Hambra, Masjid agung Cordoba, dan lainnya.
Bukan hanya maju dalam bidang arsitektur namun ilmu pengetahuan berkembang pesat dan muncul para cendekiawan termasuk Ibnu Sina sang bapak kedokteran, Abbas Ibnu Firnas sang penemu pesawat terbang, Abdul Qasim az-zahrawi sang penemu alat bedah kedokteran, dan lainnya.
Ketika Universitas Cordoba dibuka, banyak toko buku dipinggir jalan. Adapun perpustakaan raja Al-Mahkam II memiliki koleksi 400.00 buku. Andalusia juga menjadi pelopor budaya mandi di Eropa, dengan menyediakan toilet umum untuk warganya.
Pada 1236, benteng terakhir umat Islam di Spanyol, Granada menyatakan tunduk kepada Fernando III dari Kastilia, dan menjadi negara bawahan Kastilia.
Kemudian pada 2 Januari 1492 khalifah Islam terakhir Muhammad XII menyerah sepenuhnya kepada Los Reyes Católicos (Kerajaan Katolik Spanyol) yang dipimpin oleh Fernando II dari Aragon dan Isabel I dari Kastilia.
Runtuhnya Islam disebabkan oleh mulai dirusaknya kaum mudanya dengan dikirimkan berbagai hiburan seperti musik untuk melalaikan hafalan Qur’an, khamr gratis, wanita pelacur, diskotik, dan lainnya. Perlahan warga Islam Spanyol mulai lalai agama dan cinta dunia, begitupun rajanya.
Kemudian Spanyol terpecah menjadi 27 kerajaan kecil dan raja-rajanya saling bermusuhan dan diadu domba oleh Kristen Eropa. Dan Granada sebagai benteng terakhir umat Islam Spanyol akhirnya jatuh ke tangan Ratu Isabella dari Castilla.
Bahkan Sultan Muhammad XII raja terakhir Granada menyerahkan kunci istana secara cuma-cuma tanpa perlawanan. Lalu keluarga Kerajaan pun pergi meninggalkan istana dan sang Sultan menangis.
Namun ibunya tidak sedikitpun simpatik terhadap putranya dan berkata,
“Menangislah seperti wanita, terhadap apa yang tidak bisa engkau pertahankan selayaknya laki-laki.”
Rakyat Islam Granada dibantai dengan disembelih oleh para pasukan salib Eropa ,mulai dari anak-anak sampai lansia. Bahkan air laut yang tadinya berwarna biru berubah menjadi merah kehitaman. (adm/dari berbagai sumber)
Discussion about this post