Avesiar – Jakarta
Makan sahur sebuah keluarga di Nuseirat, Gaza, dikutip dari TRT World, Senin (18/3/2024), berubah menjadi pertumbahan darah akibat serangan udara Israel yang menewaskan 36 anggota keluarga bernama Tabatibi itu.
Kementerian Kesehatan di Gaza, yang memberikan jumlah korban tewas yang sama, menyalahkan Israel atas serangan di Nuseirat, begitu pula para korban yang selamat.
Ketika ditanya tentang serangan pada hari Sabtu,
Militer Israel, dilansir TRT World, ketika ditanya pada Sabtu (16/3/2024), mengatakan pihaknya menargetkan dua “operasi teror” di Nuseirat “sepanjang malam”, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
“Keadaan insiden itu masih ditinjau,” katanya.
Mohammed al Tabatibi, 19, berdiri di halaman Rumah Sakit Martir Al Aqsa di dekat Deir al Balah, tempat jenazah kerabatnya disebarkan.
“Ini ibu saya, ini ayah saya, ini bibi saya, dan ini saudara laki-laki saya,” kata Tabatibi, yang tangan kirinya terluka akibat serangan tersebut, sambil menangis.
“Mereka mengebom rumah saat kami berada di dalamnya. Ibu dan bibi saya sedang menyiapkan makanan sahur. Mereka semua syahid,” tambahnya sebelum jenazah ditumpuk di truk untuk dibawa ke pemakaman.
Karena jumlah kantong jenazah yang tersedia tidak mencukupi, beberapa korban tewas – termasuk dua anak-anak – dibungkus dengan kain putih yang berlumuran darah, menurut rekaman AFPTV.
Jumat pertama Ramadhan, bulan puasa umat Islam yang dimulai pada hari Senin, berlalu dengan damai di Yerusalem timur yang dicaplok Israel, meskipun ada kekhawatiran tentang ketegangan di kompleks suci Masjid Al Aqsa.
Di Rafah, tempat mayoritas dari 2,4 juta penduduk Gaza mencari perlindungan, dikhawatirkan akan terjadi lebih banyak pertumpahan darah setelah kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Jumat bahwa ia telah menyetujui rencana operasi militer di sana.
Namun, bahkan sebelum operasi tersebut dimulai, serangan udara terus berlanjut, termasuk serangan pada Sabtu dini hari yang menurut para saksi menewaskan Issa Duhair, muazin sebuah masjid, bersama kedua putranya. (ard)
Discussion about this post