Avesiar – Depok
Terjun ke dunia politik merupakan kepuasan tersendiri bagi orang-orang yang berniat memberikan manfaat bagi masyarakat. Terlepas dari stigma negatif yang sering dikabarkan di banyak media massa tentang aneka problematika para politisi, beberapa orang justru sangat perlu untuk menampilkan sisi positifnya.
Seperti yang disampaikan seorang kader Partai Demokrat yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Depok Endah Winarti secara blak-blakan melalui wawancara khusus dengan wartawan senior Ave Rosa A. Djalil baru-baru ini di kediamannya di Depok.
Wanita yang kerap dipanggil “Bunda Wiwin” mengaku bahwa menjadi seorang anggota partai Demokrat merupakan cerita yang menarik. “Sejarahnya panjang. Saya dulu itu tidak masuk partai apa-apa, tapi ayah saya itu tokoh Golkar. Jaman itu partai Cuma 3. Dan pegawai negeri dulu harus Golkar. Kalau nggak Golkar nggak boleh. Jadi ayah saya itu tokoh sentral Golkar di Blitar ketika itu. Pada tahun 2001, Pak SBY mendirikan partai Demokrat saat beliau masih jadi menteri di kabinet presiden Megawati,” ungkapnya mengawali.
Dan kebetulan menurut Wiwin, suami bekerja ikut ketua umum Partai Demokrat ketika itu Hadi Utomo sebagai asisten pribadinya sejak sebelum menjadi ketua umum. Ketika itu suami diberitahu oleh Hadi Utomo bahwa SBY akan mendirikan Partai Demokrat.
“Suami saya bertanya-tanya, partai seperti apa Demokrat itu. Akhirnya 2002-2003 saya dan suami masuk partai Demokrat. Saat itu, untuk pencalegan sangat sulit mencari orang karena partai baru. Akhirnya suami saya diminta menjadi caleg di DPR RI. Singkat cerita suara terbanyak di Jawa Barat dengan nomor urut 2. Karena suami saya pendatang baru, dikasih nomor urut 2,” terangnya.
Awalnya, lanjut penyuka Rujak Cingur ini, semua anggota terkonsentrasi di pusat (DPP, red) karena masih baru. Dia mengaku masuk partai karena namanya Demokrat dan karena sosok SBY yang saat itu luar biasa meledak pamornya.
“Akhirnya saya masuk ke partai. Saya tertarik karena ada sosok Pak SBY yang fenomenal saat itu. Dan menurut saya waktu itu pemerintahan itu bagus kalau dipimpin militer. Seperti bapak saya dulu. Pak Harto kan juga militer ya. Bagi saya sosok militer itu tegas dan sudah melalui proses penyaringan di institusinya. Background bapak saya yang militer membuat saya secara chemistry tertarik pada kepemimpinan SBY,” bebernya mengenang.
Ketika ditanya mengenai jabatannya saat awal-awal menjadi anggota partai Demokrat, Wiwin mengaku berada di kantor pusat. Menurut dia, saat itu namanya partai baru di pusat memang belum tertata rapi. Dan dia jadi asprinya Ibu Ketua Umum dan membantu di pemberdayaan perempuan ketika itu. Dulu, tambahnya, belum ada departemen-departemennya seperti sekarang ini. Ketika itu Wiwin ditugaskan di bagian pemberdayaan perempuan.
“Kemudian tahun 2009 saya tidak di pusat (baca, DPP) lagi. Saya ke Depok. Karena rumah saya di Depok. Saya diminta untuk masuk di kepengurusan DPC Partai Demokrat kota Depok di bagian kaderisasi. Saat itu saya langsung disuruh nyaleg. Dapat nomor urut caleg 2. Dan Alhamdulillah terpilih jadi anggota DPRD Depok,” ujarnya.

Kemudian pada pencalonan kedua di Pemilu berikutnya, menurut Ibu dari Rama dan Sinta ini, nomor urut sudah tidak berpengaruh. Karena aturan KPU waktu itu sudah menetapkan bahwa kemenangan berdasarkan suara terbanyak, bukan nomor urut lagi. Makanya dia dan suaminya berani bertarung karena yang dicari adalah suara terbanyak.
Menjadi seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daeerah (DPRD) bagi penyuka Pecel dan Tahu Campur ini harus sesuai dengan kemampuan dan dedikasi yang diinginkan. Akhirnya sejak 2009, sebagai anggota DPRD, Wiwin mengajukan kepada pimpinan agar bisa masuk di komisi B. “Karena pimpinan fraksi memang mengumpulkan para anggota terpilih dan menanyakan kepada kami mau membidangi apa. Sampai saat ini kami masih jadi salah satu fraksi terbesar di kota Depok. Mudah-mudahan tetap demikian,” katanya bersemangat..
Ketua RW 13, perumahan Mutiara Depok, Sukmajaya, Depok, ini memilih di Komisi B, membidangi Ekonomi dan Keuangan. Sejak 2009 hingga saat inilah Wiwin konsisten di Komisi B. Dia menambahkan bahwa di Komisi B dia juga ingin jadi “Ibunya” UMKM. Komisi B mengurusi keuangan daerah, pajak daerah, retribusi daerah, asset daerah, dan segala yang berhubungan dengan keuangan daerah. Pokoknya, lanjut dia, yang menghasilkan pendapatan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari komisi B tersebut.
“Komisi B juga membidangi UMKM karena Indag (industry dan perdagangan) ada di komisi ini. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro ada di bawah leading sector Komisi B. Makanya dengan janji Wali Kota Depok besok ini yaitu 5000 start up dan 1000 wanita pengusaha, saya tambah tertarik lagi. Ini masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2021 – 2026. Untuk pelaksanaannya menungggu keputusan gubernur. Mungkin bisa Juni atau Juli 2021 ini. Saat ini sudah masuk RPJMD Town Hall, tinggal finalisasi saja sesuai janji wali kota terpilih,” papar kelahiran Blitar, Jawa Timur, 55 tahun silam itu.
Sebagai anggota partai dan DPRD, Wiwin merasa bahwa lebih banyak sukanya dari pada dukanya. Tapi dukanya juga ada. Karena dia berlatarbelakang organisatoris juga, seperti majelis taklim, dulu sebagai ketua RT dan sekarang ketua RW. Sejak 2007 atau 2008 Istri dari Agung Budi Santoso ini sudah jadi ketua RT di wilayah perumahan mereka di Mutiara Depok. Dukanya itu karena dia pemain baru di partai politik, jadi banyak orang yang menjanjikan soal perolehan suara. Misalnya ada orang datang dan bilang dia punya banyak massa yang suaranya bisa dikasihkan ke Wiwin sebagai caleg. Suami kemudian menasehatinya agar berhati-hati dengan orang-orang semacam itu.
“Dukanya saya ya seperti itu, gampang percaya kepada orang yang menjanjikan jadi tim sukses. Saya sejak awal membentuk Tim Relawan Endah Winarti atau saya sebut Trend. Kalau relawan ya tidak minta upah. Namun, kalau yang menawarkan jasa suara, biasanya mereka minta imbalan. Kata Ibu saya, tidak usah pakai bayar jasa seperti itu. Serahkan saja ke Allah. Minta ke Allah, saya bantuin doa. Begitu kata Ibu saya. Pernah juga ada kejadian sedih, yaitu sekitar 3 minggu sebelum pemilihan caleg, beberapa pendukung menyatakan mundur dari dukungan kepada Endah Winarti. Sekitar 2014 itu yang banyak pengkhianatnya. Tahun 2019 ini juga ada banyak pengkhianatnya. Mereka mencoba mempengaruhi konstituen saya, namun karena Allah, konstituen saya tidak bisa dipengaruhi,” kata dia mengisahkan.
Sedangkan sukanya, lanjut dia, sangat luar biasa. Karena apa? Wiwin merasa punya saudara sekecamatan Sukma Jaya. Setiap hari itu makanan datang sendiri. Karena dengan ketulusan tadi, katanya, jadi bersaudara. Makanya kalau ada yang tanya, “Bu endah mau berapa kali jadi anggota dewan. Wiwin akan jawab, kalau bisa 10 kali kalau masih ada yang mau memilihnya. Yang penting, lanjutnya, ketika disumpah jabatan, harus melaksanakan amanah dan berjuang dengan baik.
“Coba kalau saya jadi masyarakat biasa, trus telpon wali kota untuk menyampaikan aspirasi masyarakat. Tentu akan lama prosesnya. Dengan cara menjadi anggota dewan, saya lebih mudah menyuarakan aspirasi masyarakat. Di Depok ini aspirasi anggota dewan itu akan luar biasa. Artinya, pembangunan dari ujung timur sampai ujung barat Depok ini, kalau seandainya iuran akan menghabiskan berapa miliar?” ungkapnya.

Menurut Wiwin, dengan kebijakan pemerintah kota Depok dan pokok-pokok pikiran yang diatur dengan undang-undang 23 tahun 2014 dari Depdagri itu, semuanya bisa dilakukan. Artinya, dia bersama rekan-rekan anggota DPRD Depok bisa memberikan aspirasi kepada rakyat bukan berupa uang, tapi berupa fasilitas. Contoh, Pokir (pokok-pokok pikiran, red) yang dibidangi Wiwin adalah perbaikan jalan, perbaikan selokan, untuk pemberdayaan ekonomi dan lain-lain.
“Berbanding jasa yang diberikan negara, pekerjaan yang dilakukan itu apa suka dukanya? Saya terus terang apa adanya saja dan tidak pakai intrik-intrik. Dari hati yang paling dalam itu pekerjaan yang paling enak itu menjadi anggota dewan. Karena pertanggungjawabannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kami ini kan dikasih jadwal oleh DPRD. Ini lho jadwalmu selama sebulan di komisi B. Saya masuk di badan anggaran,” akunya.
Selama jadi anggota dewan, tambahnya, ditugasi di badan anggaran terus. Wiwin mengakui pernah dulu 2,5 tahun di banggar dan 2,5 tahun di baleg. Jadi sebagai pengalaman juga untuk membuat Perda. Sebagai anggota dewan, tegas dia, langsung bertanggung jawab ke Allah Subhahanu Wa Ta’ala dan partainya.
Oleh karena itu, beber dia, selama sebulan itu jadwal rapat di banggar dan di komisi B paling parah itu selama 15 hari. Taruhlah waktu kerja sebulan itu 25 hari. Sisanya, Wiwin boleh tidur, boleh pergi, dan lain sebagainya. Namun Wiwin kembalikan ke dirinya. Karena dia disumpah jabatan. Sehingga sisa 10 harinya dia manfaatkan pergi ke masyarakat, bertanya pada konstituen. Apa kabar mereka. Apa yang dibutuhkan. Kegiatan yang demikian tidak ada yang mengabsen. Nah, itu yang dimaksud penyuka Rawon ini dengan langsung bertanggung jawab pada Allah dan pada partai Demokrat.
Kegiatan dilakukan dengan berkesinambungan. “Jadi kami terus bersosialisasi. Seolah-olah, besok pagi ini saya sudah kampanye. Seolah-olah besok pagi sudah pemilu legislatif lagi. Kalau saya begitu. Tidak tahu kalau anggota dewan yang lainnya seperti apa. Itu masing-masing. Jadi sujud syukur pada Allah karena saya bisa menjadi anggota dewan sama-sama dengan suami. Risikonya ya jarang ketemu. Masing-masing sudah punya kesibukan. Makanya kalau ketemu keluarga fokus di quality time bener-bener. Bener-bener dimanfaatkan dengan baik,” ujar wanita yang pernah kena PHK saat krisis ekonomi 1998 itu.
Kalau dianggap jadi anggota dewan itu enak karena berbagai fasilitas dan digaji oleh negara, kata Wiwin, sebenarnya masyarakat belum tahu sejatinya mereka bekerja seperti apa. Apalagi menurut dia, sekarang anggota dewan kena tsunami Perpres 33 tahun 2019 kemarin. Itulah kenapa baru-baru ini mereka di seluruh daerah tanda tangan petisi ke Presiden. Perpres kan bisa diubah. Diakuinya, pendapatan bruto mereka memang bisa dikatakan banyak. Namun, sepadan dengan pengeluaran mereka untuk masyarakat secara pribadi.
“Dengan gaji besar, ternyata ada titipan orang di saya. Ya titipan untuk orang lain itu melewati saya. Seorang anggota DPR atau DPRD tidak selalu distigmakan dengan gaji dan fasilitas yang besar untuk kepentingan dirinya saja. Selain itu, sebagai anggota dewan, kita juga harus responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Misalnya, jika ada masyarakat terdekat yang membutuhkan bantuan ke rumah sakit dan darurat, ya harus kita bantu. Kalau anggota dewan tidak kenal direktur-direktur rumah sakit, misalnya seperti saya di Depok, lalu bagaimana bisa membantu masyarakat?” ulas Wiwin.
Ketika ditanya seberapa pentingnya seseorang terjun ke politik. Sekretaris Umum Partai Demokrat DPC Depok ini mengatakan hal ini penting. Agar masyarakat luas, karang taruna, anak-anak muda ketahui, bahwa semua manusia di muka bumi ini berpolitik. Suka tidak suka, mau tidak mau. Makanya kalau bangsa ini ingin maju, ujar dia, masuklah ramai-ramai ke partai politik. Masuklah ke partai politik yang besar dan memiliki track record yang baik.
“Karena politik itu kekuasaan. Tapi kekuasaan yang bagaimana? Ini untuk edukasi. Jadi saya mengimbau anak-anak muda, ayo masuk politik. Kalau kalian hanya di luar dan berdemo, tidak bisa banyak mengubah. Warnai, bikin politik yang santun dan bersih. Jadi makanya kalau kampanye jangan jor-joran,” ajaknya.
Dia mengakui miris membaca berita yang ada. Kata dia, ada yang diberitakan di Koran, kampanye jadi anggota DPR RI sampai habis 2-3 miliar. Lha buat apa? Karena itu, Wiwin mengajak rekan-rekannya untuk memberikan edukasi masyarakat dengan baik.
“Kita edukasi tunas-tunas bangsa ini apalagi SMP, SMA, kuliah. Masuklah ke partai politik yang terbaik menurut kalian masing-masing. Kalau menurut saya yang terbaik, ya partai Demokrat. Kalau itu kan menurut saya. Track record pendiri Demokrat pernah menjadi presiden Republik Indonesia 2 kali. Dan Alhamdulillah, SBY meskipun besannya korupsi pun nggak dibela tho? Jadi semua berpolitik. Sedang untuk kasus-kasus korupsi, yang korupsi itu oknum-oknum,” bebernya.

Oknum itu, lanjutnya, banyak. Dari tingkat manapun ada. Dia mengimbau masyarakat luas yang mempunyai anak-anak remaja, didiklah dengan politik yang santun. Kalau berpolitik dengan jujur dan santun, In syaa Allah akan bagus bangsa ini.
Diakuinya, membahas mengenai bagaimana keinginan menjadi anggota partai politik yang kemudian berhubungan dengan dunia kerja, memang tidak mudah. Karena banyak perusahaan swasta tidak sepenuhnya welcome terhadap karyawannya yang berpartai politik.
“Terutama jika karyawan tersebut kemudian menjadi calon legislatif dari partai yang dia ikuti. Secara otomatis, maka karyawan harus mengundurkan diri. Padahal, Si Karyawan belum tentu akan sukses menjadi anggota dewan. Nah, ini yang bersinggungan dengan mengajak generasi muda untuk berpartai politik. Karena di satu sisi akan berdampak pada pekerjaan di mana mereka harus mencari nafkah. Ada kekuatiran di sana, bahwa berpalpol akan sewaktu-waktu bisa mempersulit mereka dalam bekerja,” terangnya.
Untuk itu, lanjut Wiwin, perlu kajian yang mendalam. Karena selama ini masih demikian. Perlakuan masyarakat dan perusahaan masih demikian. Jadi nanti akan menjadi PR untuk dikaji bersama. Wiwin mengaku akan bicarakan dengan suaminya yang seorang anggota DPR RI. Mungkin bisa diakomodir diskusi yang melibatkan banyak pihak ini.
Tetap dengan misi menunjukkan bahwa politik itu santun. Saat merekrut anggota partai, tentu sebagai pengurus partai mereka harus tebar kebaikan. Harus menunjukkan jati diri dengan berbuat baik karena akan menjadi contoh di masyarakat. Dan jika sudah menjadi anggota dewan ya harus berjuang, 24 jam on call jika ada masyarakat yang membutuhkan.
“Saya sering terbangun malam-malam saat ada masyarakat yang butuh bantuan. Anak-anak sering protes. Karena sering di hari libur juga saya harus responsif terhadap kepentingan masyarakat yang membutuhkan bantuan sesuai dengan kewenangan saya. Kita harus menunjukkan bahwa sebagai anggota partai Demokrat, bisa memberikan yang terbaik,” ungkapnya dengan wajah senang.
Diakuinya, banyak orang yang apatis terhadap partai dan berpartai politik karena ketika jadi anggota dewan kemudian terlibat korupsi dan diberitakan media massa, tidak mengedepankan aspirasi rakyat kemudian didemo, dan lain sebagainya.
“Menurut saya masyarakat tidak salah. Menuduh kami-kami seakan politisi busuk. Cuma, masyarakat juga harus diedukasi. Kan dari sekian banyak anggota dewan di manapun, tidak semua terlibat kasus-kasus demikian. Kan nggak. Yang busuk mungkin hanya segelintir saja yang seperti diberitakan di media massa. Sedangkan misalnya suami saya yang anggota DPR RI, yang harus amanah karena Allah. Gitu lho,” katanya blak-blakan.
Memang kadang misalnya di DPR RI. Wiwin tergabung di Persatuan Istri Anggota (PIA) DPR. Jika ada acara di sana karena diundang sehubungan sebagai istri anggota DPR RI, Wiwin menggunakan asistennya sendiri untuk semua kebutuhan dia di acara tersebut. Namun. Kata dia, memang ada istri-istri anggota DPR RI yang memanfaatkan asisten suaminya untuk keperluan diri mereka. Itu menurut menurut Wiwin tidak sepatutnya. Yaitu menggunakan fasilitas jabatan suami atau istrinya yang anggota dewan untuk keperluan dirinya.
Sebenarnya, kata Wiwin, banyak orang yang baik dalam berpartai politik. Memang harus diakuinya ada oknum-oknum yang membuat citra partai politik dan anggota dewan menjadi buruk. Tapi menurut dia lebih banyak juga yang baik.
Sedangkankan ketika ditanya mengapa generasi muda banyak yang menganggap politik tidak menarik bagi mereka. Berbau orang tua, kegiatannya tidak fun. Kata Wiwin, hal itu kembali ke peran pemerintah daerah. Sebenarnya sudah ada aturan. Di Kesbangpol. Itu pendidikan sedini mungkin di sekolah-sekolah. Adanya berbagai hal yang fun dan game dan lainnya sebagainya.
“Tapi ya itu, kurang tersosialisasikan dengan baik. Jadi generasi muda banyak yang malas karena stigma sarang korupsi, tempat gontok-gontokan. Itu yang diperlihatkan oleh kita. Tapi anak-anak muda yang bertemu dan berkegiatan dengan saya fine-fine saja. Seperti kegiatan yang saya lakukan bersama anak-anak karang taruna. Mereka mengatakan ternyata politik itu fine ya. Saya bahkan mengajak mereka untuk berkumpul ramai-ramai,” beber lanjut penyuka travelling ini.
Namun, Wiwin mengakui tidak mengajak mereka untuk ke Partai Demokrat. Dia minta mereka pilih yang terbaik. Ada yang bilang ingin seperti dirinya. Wiwin mengatakan jika ingin seperti dia bisa bergabung ke Partai Demokrat. Bagi Wiwin, mereka harus memberi contoh yang baik. Doanya, semoga Allah segera angkat wabah Covid-19 ini dan masyarakat semua bisa bebas bergerak lagi. Karena program kemasyarakatan dan kepemudaan banyak yang tidak bisa berjalan dengan lancar.
Sementara, tambah Wiwin, karena gadget salah satu sumber informasi, maka informasi tentang politik harus dikemas menarik. Kalau tidak, ya generasi muda akan malas dan mencap partai politik dan DPR hanya sebagai tempat gontok-gontokan. Dan kesalahan mereka adalah menjadi golput (golongan putih, red) alias tidak memilih saat pemilu dan sejenisnya. Namun, ketika terjadi yang tidak diinginkan mereka berdemo. Padahal mereka bisa melakukan pengubahan dengan cara menggunakan hak suara mereka itu.

“Tidak hanya itu, kegiatan positif kemasyarakatan juga harus digalakkan. Saat ini program yang disukai masyarakat di wilayah konstituen saya karena sudah setahun lebih berada dalam pandemi Covid-19, yaitu olah raga bola voli dan futsal. Itu anak muda semua yang rata-rata main. Doakan kami dapat rejeki halal dan barokah supaya bisa membuat acara yang fun bekerjasama dengan anak-anak muda karang taruna seperti kompetisi bola voli. Untuk membantu sektor wirausaha seperti UMKM, kami akan senantiasa membantu masyarakat untuk mengurus perijinan usaha mereka misalnya ijin P-IRT dan label “halal”, gratis dari kami, pemerintah kota Depok,” ujarnya.
Meskipun sangat sibuk, dia harus mampu membagi waktu dengan keluarga. Saat terjun ke politik, anak-anaknya sudah besar-besar. Jadi mereka memahami kesibukan orangtuanya masing-masing. Kalau dia dan suami pas di rumah semua, mereka manfaatkan sebaik-baiknya waktu bersama keluarga. Mereka saling bercerita macam-macam. Misalnya mendengar cerita anak perempuannya yang seorang psikolog. Dengar cerita anak laki-laki yang baru keliling Indonesia tugas dari kantornya. Wiwin dan suami menceritakan kegiatan mereka ke anak-anak sebagai bagian saling berbagi informasi. Dia dan suami selalu mengingatkan agar anak-anak shalat lima waktu, berlaku jujur, sopan, dan silaturrahmi di manapun.
“Kadang kalau ada waktu tertentu, misalnya pas anak perempuan saya WFH (work from home, red), saya ajak kunjungan kerja. Pas kebetulan nanti malamnya bisa ketemu bapaknya yang meskipun tidak di daerah yang sama, namun masih bisa terjangkau meskipun untuk makan malam sama-sama. Nama anak saya Rama KPPU dan Sinta (27 tahun dan 23 tahun). Tinggal cari mantu. Hahaha. Momong cucu,” ungkapnya mengakhiri wawancara. (ave rosa a. djalil)
Discussion about this post