JAKARTA
Tidak Goyah di Musim Politik, Pacu Literasi dan Maksimalkan Program
Kebutuhan akan produk-produk yang berlandaskan syariat Islam semakin meningkat seiring kesadaran dan keinginan umat Islam untuk hijrah. Di antara produk-produk yang menjadi kebutuhan mendasar dari umat Islam adalah layanan keuangan syariah yang diwujudkan dalam system perbankan syariah.
Di Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak kurang lebih 85 persen yang menganut agama Islam, konsep syariah kini menjadi gaya hidup Islami yang diminati. Selain karena berpatokan pada hukum Islam yaitu Al Qur’an dan hadits, konsep syariah dinilai membuat kehidupan lebih aman dan nyaman.
Jika mencermati mulai bergairahnya perbankan syariah di Indonesia, maka ada begitu banyak layanan keuangan syariah mulai dari skala koperasi, hingga bank-bank besar. Salah satu bank terkemuka di Indonesia yang merupakan anak perusahaan Bank BNI yang notabene usaha BUMN, Bank BNI Syariah adalah salah satu bank yang secara khusus melayani seluruh kegiatan keuangan syariah yang dibutuhkan oleh masyarakat Muslim.
Penetrasi pasar dan membangun literasi yang baik akan layanan perbankan syariah terus digencarkan oleh bank ini. Dalam perjalanannya, BNI Syariah ternyata mampu terus bertumbuh dan menjadi bank syariah yang memiliki laba yang signifikan bagi pertumbuhan usahanya. Peran ini selain dikawal oleh pimpinan tertinggi, tidak lepas dari tangan dingin Dhias Widhiyati, Direktur Bisnis SME dan Komersial BNI Syariah. Wanita kelahiran 1970 yang menyandang gelar S2 Finance dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini adalah salah satu pemegang kunci keberhasilan BNI Syariah.
Wartawan senior, Ave Rosa A. Djalil, mewawancarai secara khusus wanita yang juga membawa BNI Syariah meraih laba 49,9 persen atau nyaris 50 persen di 2019 (year on year) dibandingkan 2018. Seperti apa kiat-kiat dan sikap BNI Syariah dalam perjalanan bisnis layanan keuangan syariah mereka secara menyeluruh dari berbagai aspek?
Di tahun politik yang diwarnai dengan berbagai isu-isu politik dan ekonomi BNI Syariah telah mampu melewatinya dengan baik dan justru malah meningkatkan laba dengan layanan keuangan syariahnya. Menurut Dhias, hal ini tidak lepas dari bagaimana BNI Syariah menempatkan diri secara proporsional. BNI syariah, ujarnya, saat ini 99,96 persen dimiliki oleh BNI. JIka dikatakan berada di bawah bayang-bayang BNI, bebernya, mungkin ada. Namun tentu tujuannya demi kebaikan.
“BNI Syariah sebenarnya dibangun sebagai komplimentari bank BNI yang merupakan bank konvensional. Untuk melayani transaksi bagi masyarakat yang menghendaki layanan secara syariah. Tapi pesan dari pemegang saham kami jelas, lakukanlah berdasarkan prinsip syariah yang benar. Tetapi ingat, kalian tumbuh dan berkembang untuk melayani semua lapisan masyarakat. Jadi tidak terkotak-kotak hanya Muslim saja, tapi bahkan kepada yang non-Muslim. Sekaligus memerankan fungsi kami sebagai salah satu literator perbankan syariah Indonesia,” terang Ibu 1 putra dan 2 putri yang diangkat sebagai Direktur Bisnis SME dan Komersial melalui RUPS 23 Maret 2017 ini.
Diakuinya, market share perbankan syariah relatif masih kecil. Tetapi sekarang, menurutnya, sudah menembus 6 (enam) persen. Sedangkan literasi sebesar 11-12 persen. Sementara penduduk Indonesia 85 persen adalah Muslim. Sehingga sebenarnya PR (pekerjaan rumah, red) pengelola perbankan syariah itu besar dan berat.
“Bayangkan, penduduk Muslim yang jumlahnya 85 persen, namun literasi perbankan syariah masih rendah. Jadi itulah yang ditekankan oleh BNI, Jadilah bank syariah yang benar-benar menerapkan layanan secara syariah. Yang kedua, bank syariah yang universal. Karena kami punya tugas yang pertama kali melayani umat Muslim. Menyadarkan mereka tentang pentingnya bertransaksi secara syariah. Tetapi kita juga harus memperkenalkan kepada mereka yang non-Muslim, bahwa ini lho BNI Syariah punya diferensiasi atau keunggulan yang berbeda,” ungkap kelahiran Semarang ini bersemangat.
Keunggulan keuangan syariah itu, jelasnya, berdasarkan azas-azas fairness. Benar-benar terbuka, transparan, adil. Itu mungkin memang yang harus diperkenalkan. Apa tujuannya? Dhias mengatakan, kalau ada non-Muslim yang datang minta layanan syariah, itu bukan karena kepepet, tapi karena mereka mengerti keunggulan perbankan syariah.
BNI Syariah dalam hal ini berupaya mulai memberikan awareness kepada tidak hanya masyarakat Muslim, namun juga non-Muslim Indonesia, untuk menggunakan layanan perbankan syariah. “Itu, kalau dikatakan kami masih dalam bayang-bayang induk kami Bank BNI. Bayang-bayang berikutnya ya Alhamdulillah. Seperti apa? Positifnya kami bisa menggunakan infrastuktur seperti teknologi, aplikasi dari BNI induk. Juga channel. Kenapa? Karena induk itu punya sekitar 1700-1800 outlet yang bisa kami gunakan untuk melayani transaksi syariah. BNI Syariah sendiri sekitar 380 outlet,” ungkapnya.
Wanita low profile ini menyatakan bahwa bisa dibayangkan kalau mereka harus membuka outlet terus-terusan. Dalam kondisi sekarang sepertinya bukan jamannya lagi. Dilanjutkannya, jika mau buka outlet, tentu buka di daerah yang blank spot daerah Timur. Dan mereka bisa memanfaatkan jaringan BNI induk. “Inklusinya kena, literasinya kena. Bayang-bayang tersebut sangat positif. Namun karena kami sudah menjadi entity tersendiri, kami diberi kepercayaan untuk membawa BNI Syariah lebih maju, lebih bermanfaat untuk masyarakat Indonesia yang utama dan umat Islam secara keseluruhan,” ujarnya.
Jikaitkan dengan saat gencar-gencarnya masalah politik dan lain-lain, Alhamdulillah BNI Syariah, diakuinya, masih menunjukkan pertumbuhan yang baik. Aset BNI Syariah year on year naik sebesar 15,32 persen di bulan November 2019. Laba naik sekitar 49,9 persen, 50 persen. Year on year dari November ke November.
“Jadi apakah politik, trade war membuat kami terguncang? Ya Alhamdulillah kami tidak terguncang. Karena pasarnya solid dan kami dari jajaran direksi hingga teman-teman di bawah kami menekankan azas netralitas. Jadi saat kami bekerja kami tidak membawa ‘bendera’. Merah, kuning, putih, biru, hijau, nggak ada. Karena apa? Karena kami harus tetap melayani masyarakat yang universal. Alhamdulillah tidak mengganggu. Kalau mau melihat yang agak mengganggu mungkin trade war. Gonjang-ganjing pemerintah Negara Cina dan Amerika, yang sedikit berimpak pada nasabah kami. Tapi Alhamdulillah bisa kami kendalikan dengan baik,” papar wanita berkacamata ini.
Ditekankannya, karena BNI Syariah anak perusahaan BUMN, maka mereka harus bekerja dengan baik untuk negara dan bangsa. Dalam situasi politik mereka harus netral. Siapapun harus mereka layani dengan baik. BNI Syariah, kata Dhias, berdiskusi dengan siapapun. Pesan CEO pada saat ramai-ramai politik, bebernya, jika ada yang menunjukkan sikap politik, silahkan keluar dari BNI Syariah. Hal itu, menurutnya, termasuk bagaimana BNI Syariah menyikapi medsos, berpendapat. Mereka punya aturan. Semua elemen dalam organisasi harus memisahkan sebagai karyawan BNI Syariah dengan anggota masyarakat. Yang jelas, tegas Dhias, karyawan BNI Syariah dalam politik tidak boleh menunjukkan keberpihakan secara terang-terangan.
“Silahkan jika karyawan punya sikap politik, namun tidak di-upload di medsos. Misalnya ketika saya berpendapat, maka orang tidak akan melihat saya secara pribadi, namun akan melihat kita bekerja di mana. Message dari CEO kami jelas, bijaksana dalam menggunakan media social dalam berpendapat dan lain-lain,” ucapnya.
Ketika ditanyakan tentang bisnis BNI Syariah, Dhias mengatakan bahwa nasabah mereka saat ini berjumlah 3,3 juta orang di 2019. Sedangkan nasabah BNI konvensional sekitar 30 juta. Jadi sekitar 10 persennya. Tapi itu juga naik 20 persen dari tahun lalu. Tahun lalu sebesar 2,8 juta. Jadi year to date naik 20 persen. Kalau total nasabah syariah bank sekitar 26, 5 juta, sambungnya, itu berarti naik year to date 13 persen.
“Jadi kami naik di atas rata-rata dibanding bank syariah lainnya. Saat ini total nasabah konvensional 268 juta. Jumlah nasabah tersebut memperlihatkan bahwa bisa jadi satu orang punya beberapa rekening di beberapa bank. Pertumbuhan bank konven kurang lebih 11 persen. Jadi kalau kita lihat number of account di bank syariah 13,4 persen, di BNI Syariah hampir 12 persen. Alhamdulillah pertumbuhan kami lebih tinggi yang tentu meningkatkan market share,” bebernya gembira.
Dhias mengungkapkan, BNI Syariah akan masuk pada liga baru bisnis perbankan syariah di 2020. Market share BNI Syariah dari perbankan syariah 9 persen. Sedangkan market share semua bank syariah per September ini masuk pada angka 6 persen. Bank syariah itu banyak, lanjutnya. Namun sebagian berbentuk Bank Umum Syariah (BUS) dan sebagian Unit Usaha Syariah (UUS). “Nah, per 2010 BNI Syariah masuk pada kategori Bank Umum Syariah. Tahun depan kami masuk 1 dekade lho. Semoga lebih bermanfaat. Bank syariah yang sudah menjadi Bank Umum Syariah saat ini baru sekitar 13 bank, termasuk beberapa bank daerah,” paparnya.
Semua kesuksesan BNI Syariah tidak lepas dari program kerja. Adapun program-program yang menaikkan laba BNI Syariah hingga 49,9 persen antara lain mereka mengupayakan mencari Sumber Dana Murah. Karena mereka tahu bahwa selama ini BNI Syariah dipercaya untuk memegang account-account dana Haji.
Menurut Dhias, tahun lalu current asset BNI Syariah 53,7 persen. Sekarang 61 persen hasil me-rebase. Jadi kita berusaha. Karena kalau beban tinggi dapat dikatakan bahwa impact BNI Syariah menyalurkan bagi hasilnya juga tinggi. Sementara jika mereka menyalurkannya dengan bagi hasil yang tinggi, mereka akan sulit mendapatkan nasabah-nasabah yang bagus baik di consumer maupun di produktif. Sehingga BNI Syariah mengakui harus mencari Dana Murah. Dana murahnya dengan mengurangi dana-dana mahal, dan meningkatkan dana-dana murah dari giro dan tabungan. Jika tahun lalu 53 persen, tahun ini 61,7 persen.
“Dana murah yang kami dapatkan dari giro dan tabungan yaitu dengan cara mengintensifkan dengan mendekati institusi-institusi untuk payroll pegawai, gaji pegawai. Pembayaran tunjangan kinerja dari instansi pemerintah di kami, BUMN di kami. Dan Alhamdulillah sekarang kami di-support pemerintah bahwa ada ketentuan instansi dapat menggunakan 2 bank konven dan satu bank syariah. Jadi itu kesempatan kami untuk dapat melayani transaksi syariah. Dari payroll itu yang meningkatkan dari 28 menjadi 33 juta nasabah syariah tahun ini. Dana-dana tabungan juga naik signifikan. Tabungan di sini meningkat 22 persen year on year,” terangnya.
Dari sisi tabungan di BNI Syariah, ungkap mantan SEVP Bisnis Komersial dan Menengah BNI Syariah, saat ini sudah mencapai 18, 9 triliun. Tahun lalu 15 triliun. Itu salah satu program andalan mereka. Lalu BNIS juga menggencarkan transaksi secara digital. Hal itu, tambahnya, selain menambah fee base juga menambah account. Untuk mengejar pengguna tabungan, BNIS masuk ke perguruan tinggi, sekolah SD, SMP, SMA, untuk melayani transaksi pembayaran SPP. Mereka juga memfasilitasi mahasiswa di perguruan tinggi supaya dengan 1 kartu Smart Card, mereka dapat menggunakannya untuk jajan di kantin, sebagai kartu absen, dan bisa untuk meminjam buku di perpustakaan. Dikatakan Dhias, BNIS memiliki platform Sekolah Pintar. Bagi mereka, hal itu sebenarnya sederhana. Semakin sering kartu mereka digunakan digunakan oleh nasabah seperti siswa dan mahasiswa, tentu top up juga akan semakin sering. Sama halnya dengan menggunakan Tap Cash untuk pembayaran.
“Itu dasar mengapa kami mengejar transaksi dan kami punya cita-cita menjadi transactional syariah banking yang pertama di Indonesia. Bagaimana BNI Syariah mau menjadi syariah transactional banking pertama di Indonesia. Kami sudah membuat aplikasinya dan Alhamdulillah aplikasi-aplikasi itu sudah dimanfaatkan oleh customer-customer kami. Salah satunya adalah platform Sekolah Pintar. Jadi yang digunakan di sekolah dan perguruan tinggi. Kami tidak membangun sendiri, namun kami berkolaborasi dengan financial technology company (fintech, red). Karena kalau kami membangun sendiri effort-nya akan luar biasa. Karena itu kami berkolaborasi. Dan sekarang kami akan mengembangkan untuk rumah sakit juga. Jadi misalnya seseorang ingin ke rumah sakit, pilih rumah sakitnya apa, dokternya siapa, jam berapa, kita bisa menggunakan aplikasi tersebut. Karena kami sudah bekerjasama dengan rumah sakitnya,” bebernya bersemangat.
Jadi nanti, kata Dhias, nasabah tidak perlu ngantri di rumah sakit. Mereka akan dapat notifikasi. Misalnya, silahkan pasien datang pukul sekian. Setengah jam lagi diinformasikan bahwa pasien akan bertemu dengan dokter yang di tuju. Menurutnya, itu yang sudah BNI Syariah kembangkan dan sudah mulai piloting dan akan segera bisa digunakan. Dhias sekaligus menyampaikan bahwa mereka juga fokus ke pendidikan dan kesehatan. Ditambahkannya, jika diawal dia bicara tentang mencari Dana Murah, strategi yang digunakan dapat berupa program semacam itu. Dhias berpendapat, jika ingin menjadi bangsa yang besar, maka harus membangun bangsa yang pintar dan sehat. Jadi BNIS menekankan pada dua industri tersebut yang dipegang dan digarap dengan serius.
“Itu salah satu program-program kami yang Alhamdulillah menunjukkan perkembangan positif dan berkontribusi terhadap laba. Sehingga fee base kami naik. Di transformasi mikro kami juga berhasil. Karena punya mikro, karena kami betul-betul bersaing ketat dengan KUR (kredit usaha rakyat), di mana sebenarnya kami saat ini bukan penyalur KUR. Memang belum. Karena belum mendapatkan ijin menyalurkan KUR. Nah, kalau mikro dibiarkan saja kan mereka akan kolaps. Tapi dengan melakukan transformasi, kami merevitalisasi. Mikro tetap kami pertahankan sebagai salah satu layanan. Dan Alhamdulillah kemarin kan mikro berkembang dengan cukup signifikan. Labanya juga naik drastis 200 persen lebih,” ujar dia.
Program yang menggembirakan yang dalam tahap perkembangan, lanjut Dhias, adalah Qonun di Aceh. Ada Perda (peraturan daerah) Aceh yang mewajibkan semua transaksi penerapannya di 2021 harus syariah. Kami on going process. Mungkin saat ini, menurut dia, 20 persen implementasinya. Namun BNI Syariah diharapkan menjadi first mover. Hal ini agar semua nasabahnya bank induk tidak lari ke mana-mana. BNIS menangkap peluang tersebut untuk segera dilayani di syariah. Dan untuk CAR (capital adequacy ratio) atau rasio kecukupan modal BNI Syariah dinyatakannya juga tumbuh positif.
Khusus program usaha lainnya seperti property juga tumbuh sebesar 10,13 persen. Yaitu Griya IB Hasanah, secara year to date, tumbuh 1,2 triliun. Melalui program Flexy IB Hasanah, dia mengaku BNI Syariah tumbuhnya luar biasa. Tumbuh sekitar 49 persen. Flexy adalah pembiayaan pegawai dengan jaminan gaji.
“Untuk investasi di bidang property yang pernah diprogramkan di 2018 kami hold dulu. Kami punya program investasi Swakarya. Mengapa kami hold, karena sekali lagi itu akan kami melakukan jika ada captive market. Jadi berdasarkan kerja sama. Jadi begitu ada institusi atau instansi atau kantor dinas di daerah akan kami kerjakan. Kepemilikan lahan kami sudah ada. Kami bisa kerja sama dengan kepala dinas di daerah-daerah. Kira-kira ada minat atau tidak pegawai-pegawai mereka untuk kepemilikan rumah. Dan itu juga kami tunggu karena kami juga sedang mengurus ijin FLPP (fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan) . Nah, kalau perumahan instansi dengan konsep FLPP itu jauh lebih menarik. Kami tentu bekerjasama dengan kontraktor. Yang penting kami sudah punya aset-aset tanahnya, kami tawarkan kepada instansi yang berada dekat dengan lokasi tersebut,” ungkapnya.
Untuk program Griya Swakarya yang sebelumnya telah disebutkannya, karena BNI Syariah yang membangun dan mereka jual secara angsuran, marginnya juga cuma satu kali saja. Pembeli rumah tidak terbebani biaya keuntungan yang biasanya terjadi dua kali. Yaitu pengembang mengambil keuntungan, kemudian dari sisi bank juga mengambil keuntungan dari KPR nya. Lebih menguntungkan dengan program Griya Swakarya itu.
“Program Griya Swakarya ini memang sedang di-hold. Namun, kami paralel untuk melakukan pendekatan untuk mencari market, sambil menunggu ijin FLPP. Karena kalau tidak ada ijin FLPP kami juga tidak bisa jalan. Ijin FLPP tidak sulit. Kami cukup melengkapi syarat administrasinya. Tingkat kesehatan bank dan In syaa Allah kami memenuhi syarat dan tidak ada masalah. Mudah-mudahan tahun depan sudah keluar ijinnya. Ya salah satu program kami ini belum berjalan karena masih menunggu ijin,” katanya mengakui.
Sedangkan jika berbicara mengenai efisien yang akhir-akhir ini dilakukan banyak perusahaan terhadap karyawannya. BNI Syariah merasa tidak terdampak. Untuk efisien dari sisi pegawai, Dhias mengatakan bahwa hingga saat ini mereka belum ada rasionalisasi pegawai. Menurutnya, di tengah digitalisasi yang katanya akan memangkas orang-orang, kinerja BNI Syariah malah bertumbuh meskipun di tengah kondisi ekonomi atau politik yang terjadi.
“Sekarang pegawai kami sekitar 5700 orang. Dibandingkan 3-4 tahun lalu kami bertambah 1000 pegawai. Jadi per tahun kami menambah pegawai 250 sampai 300 orang . BUkan berarti kami ma uterus menambah. Tidak juga. Di kami adalah bagaimana pegawai menjadi kontributor, bukan menjadi beban. Kalau jadi beban ya siap-siap saja kena rasionalisasi. Jadi bagaimana kami meningkatkan kapabilitias pegawai sehingga dapat berkontribusi positif terhadap revenue perusahaan. Itu tanggung jawab kami,” ujarnya bangga.
Diungkapkannya, setiap karyawan punya hak untuk ikut training 1 kali dalam 1 tahun sepanjang dia tidak terkena masalah. Kalau karyawan kena sanksi, dia di-hold sesuai dengan sanksinya. Tidak mengikuti training. Dan perusahaan membuat analisa. Gap analisa. Kira-kira karyawan untuk menempati suatu posisi dia punya kekurangan apa sih? Gap kompetensi ini yang harus diisi. Dhias menambahkan bahwa bisa dengan ikut training, seminar, atau mendapatkan mentoring, coaching, rotasi untuk melihat right man on right place. Lalu di setiap posisi ada target-target pekerjaan walaupun mungkin bukan angka. Di supervisor level, mereka dapat mensupervisi karyawan untuk mencapai targetnya.
“Kami juga tidak menerapkan urut kacang. Jika ada karyawan yang bersinar lebih baik, it’s ok. Mereka bisa dipromosikan untuk naik jabatan tertentu. Tugas kami adalah bagaimana menciptakan leader-leader baru yang lebih berkualitas daripada kami. Ada reward dan punishment. Misalnya jika ada yang berprestasi kami beri award seperti Umroh dan lain-lain. Kami juga punya program insentif. Seperti hafal Qur’an berapa juz itu akan dapat tambahan gaji. Jadi memacu mereka untuk ibadah. Karena kita kan kerja bagus kalau tidak ditunjang ibadah yang bagus juga susah. Juga ada program beasiswa sekolah program S2. Bisa sampai 100 persen karena Indeks Prestasinya bagus. Jadi tugas kami untuk memfasiltasi karyawan agar memberikan yang terbaik bagi perusahaan,” paparnya.
Sementara khusus untuk tingkat kepuasan nasabah. BNI Syariah memiliki survei untuk tingkat kepuasan nasabah. Misalnya dapat menjadi mistery shopper baik bagi karyawan BNI Syariah maupun kepada nasabah hingga ke cabang-cabang. Dhias mengungkapkan bahwa mereka ingin mengukur seberapa jauh karyawan menguasai produk-produk BNI Syariah dan seberapa jauh mereka dapat memberikan solusi.
“Kami-kami di front liner harus bisa memberikan solusi atas permasalahan-permasalahan yang disampaikan nasabah. Kami punya parameter-parameter yang diukur baik oleh pihak internal maupun eksternal. Kami mempelajari bagaimana menangani case by case dan bagaimana memberikan solusi kepada nasabah. Jadi perbankan ke depan akan ter-distruct. Yang tidak ter-distruct adalah bagaimana kami bisa menjadi counselor, advisor bagi nasabah,” ujarnya.
Bagian lain yang sangat penting bagi BNI Syariah adalah literasi perbankan syariah. Bagi Dhias, seluruh jajaran direksi, hingga karyawan di bawahnya, hal tersebut harus menjadi kesadaran mereka. Baik inklusi dan literasi mengenai perbankan syariah, itu adalah tanggung jawab mereka. Memang harus diakui, lanjutnya, jika induknya bagus, anak usahanya juga harus bagus. Dan BNI Syariah optimis melakukan kegiatan literasi mengenai perbankan syariah karena memang pasarnya juga besar.
“Kami masuk ke sekolah-sekolah untuk melakukan literasi sejak awal. Kami menjadi pembicara di seminar-seminar adalah peran kami sebagai pelaku keuangan syariah. Sayang sekali jika masyarakat Indonesia tidak tahu mengenai perbankan dan layanan syariah. Khusus literasi perbankan syariah untuk anak muda, kami membidiknya dengan cara pendekatannya dengan cara milenial. Kebetulan 70 persen karyawan kami adalah generasi milenial. Buat kami yang kolonial ini juga harus menyesuaikan diri dengan bahasa milenial baik di program above the line maupun below the line,” ulasnya kemudian tersenyum.
BNI Syariah, terangnya, juga sudah mulai punya tabungan remaja di platform Sekolah Pintar. Dan untuk kebutuhan property perumahan juga mereka sesuaikan dengan kebutuhan generasi milenial. Misalnya mencicil hingga 30 tahun selama mereka punya penghasilan tetap. Menurut Dhias, para milenial tersebut ingin layanannya cepat, mudah, dan aman. Lalu BNIS mengembangkan layanan digital yaitu Hasanah Personal dan Hasanahku.
Ditanya seputar tanggung jawabnya sebagai pimpinan, terutama menjabat Direktur Bisnis SME dan Komersial, Dhias mengungkapkan kinerjanya. Kewajibannya adalah memastikan kebijakan pimpinan atau BOD berjalan dengan baik. Pengambil kebijakan adalah Board of Director dan harus diimplementasikan ke lapangan. Para pimpinan, lanjutnya, tidak bisa kerja sendirian. Ada jeneral manajer (GM) ada DGM, dan layer-layer-nya. Yang penting itu para pimpinan tahu bahwa message-nya sama dan harus sampai ke cabang-cabang dan ke level bawah yaitu eksekutor-eksekutor di cabang. Caranya bagaimana?
“Kami sering supervisi ke cabang. Kami akan sampaikan bahwa BNI Syariah tahun depan akan punya target seperti apa. Dan kami punya strategi A, B, C, D dan itu harus kami sampaikan ke cabang-cabang. Strategi seperti ini dan action-nya seperti apa. Kami beri contoh action-nya. Begitu mereka tahu, artinya navigator akan mengarahkan BNI Syariah ke titik “A” dengan strategi seperti ini, langkah-langkah detailnya kami siapkan. Itu yang harus kami cek,” ujarnya.
Ditambahkannya, bahwa BNI Syariah juga punya business review dan berbagai jenis pertemuan dan jangka waktu yang berbeda. Tiap semester ada business review. Akan diulas mengenai implementasi dari berbagai strategi dan program. Apakah berjalan dengan baik atau bagaimana? Jika terdapat kesulitan, bagaimana agar gap-nya diminimalisir. Hal itu termasuk menganalisa apa saja yang kurang dan apa yang harus dimaksimalkan.
“Kami berikan berbagai refreshment bagi karyawan untuk meningkatkan skill mereka dalam menyelesaikan kendala dan mencapai target yang ada. Untuk bisa memastikan arus kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik. Kami menggunakan berbagai jalur komunikasi. Baik video call, teleconference, visit langsung, ketemu face to face, dan lainnya,” jelasnya.
Jika terdapat kendala-kendala tertentu, kata Dhias, pimpinan dari pusat akan membentuk dan mengirim task force untuk membantu cabang-cabang yang membutuhkan pada kondisi tertentu, sehingga dapat meminimalisir resiko-resiko yang ada dalam mencapai target.
“And it works. Kalau tidak, BNI Syariah tentu tidak seperti yang sekarang ini (berhasil, red). Jadi kami gerak cepat. Doakan kami lebih baik lagi di 2020 di usia kami yang ke-10. Karena di 2020 kami juga akan masuk liga baru yaitu ke Buku 3, di mana kami lebih memiliki keluasaan yang lebih lega lagi dibandingkan Buku 2. Kami bercita-cita menjadi Universal Syariah Banking yang memungkinkan masuk ke ranah regional. Namun, kami membuat fondasi bisnis kami di 2020 dan memperkuat bisnis internasional kami. Kami optimis menuju 2020 dengan membangun eco-system halal. Untuk menjadi besar tidak harus punya armada sendiri, namun berkolaborasi dengan banyak stakeholder,” tutup Dhias penuh harapan. (Ave Rosa A. Djalil)
Discussion about this post