Kementerian Tenaga Kerja memperketat pengiriman tenaga kerja atau Pekerja Migran Indonesia (PMI). Hal ini dilakukan sebagai upaya pencegahan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia dengan adanya novel corona.
“Yang jelas ke Tiongkok sudah di-stop, karena WNI sendirikan juga sudah tidak boleh, jadi kita stop pengirimannya,” jelas Direktur PPTKLN Kemnaker RI, Eva Trisiana dalam tayangan Metro TV, Rabu (5/2/2020).
Eva menjelaskan, beberapa daerah di luar daratan China diberlakukan pembatasan pengiriman. “Untuk wilayah di luar daratan Tiongkok, seperti Taiwan, Hongkong, kita lakukan pengetatan. Yang semula jumlahnya agak banyak, kita kurangi untuk antisipasi,” tuturnya.
Upaya memperketat pengiriman PMI itu, salah satunya dilakukan dengan tes kesehatan. “Screening kesehatan, kita lihat juga dari jabatannya kalo itu rentan dengan penularan pasti akan kita batasi.”
Menurut Eva, jumlah PMI di dataran Tiongkok terhitung kecil dari total keseluruhan WNI yaitu sebanyak 1921 jiwa. “Itu mungkin kurang dari 10 persen, saya bisa katakan 7-8 persen (PMI).”
“Mayoritas dari 1921 WNI itu adalah pelajar, bisa dikatakan jumlah pekerja imigrannya itu di bawah 100 (orang),” ujarnya. Sampai saat ini, belum ada keluhan dari tenaga kerja yang berada di China. Eva menjelaskan, tenaga kerja Indonesia tersebar di beberapa daerah di luar Provinsi Hubei
Sejumlah daerah ini memiliki kondisi keamanan lebih tinggi dari serangan virus corona. “Di dataran Tiongkok sendiri kan ada 15 titik yang menjadi pusat karantina, termasuk Provinsi Hubei itu.” “Itu (Pekerja Migran Indonesia) nggak ada di situ, jadi di luar itu, jadi relatif aman,” tutur Eva.
Kemnaker dalam hal ini terus memonitor tenaga kerja Indonesia lewat kedutaan setempat. “Ibu Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziyah sudah melakukan teleconference dengan para tenaga kerja kita, dibawah koordinasi kedutaan, mereka sudah ada SOP yang baik untuk tindakan preventif.”
“Jadi walaupun, jumlah PMI kita di Hongkong maupun Taiwan cukup banyak, tapi relatif aman,” kata Eva. Sampai saat ini belum ada permintaan evakuasi dari para tenaga kerja di China jelasnya.
“Kebetulan kedutaan, Atnaker (Atase Ketenagakerjaan) kita membagikan masker kepada PMI kita.” Eva juga menghimbau agar Pekerja Migran Indonesia (PMI) melapor ke kedutaan agar mudah didata terutama di saat-saat seperti ini “Semua pekerja migran Indonesia di luar negeri mendatakan dirinya di perwakilan, agar jika terjadi hal seperti ini kita cepat penangannya,” jelasnya.
238 WNI dari Wuhan Dievakuasi
Sebelumnya, pemerintah telah mengevakuasi sebanyak 238 WNI dari Wuhan, China. Mereka dikarantina selama 14 hari untuk memastikan tidak ada yang terjangkit virus corona. Selain itu, 42 orang penjemput juga turut diobservasi kesehatannya. Proses karantina ini dilakukan di hanggar milik Lanud Raden Sadjad, Kabupaten Natuna.
Kepala BNPB Letjen TNI, Doni Monardo dalam keterangan tertulis mengatakan hanggar yang digunakan untuk observasi WNI dari Wuhan cukup luas sehingga mereka bisa melakukan aktivitas dengan nyaman.
“Bahkan lokasinya juga terbilang jauh dengan bandara sipil, jadi tidak ada yang perlu dicemaskan. Yang terpenting para WNI tersebut bisa berolahraga dengan suasana alam yang masih alami,” ungkap Doni, Sabtu (1/2/2020) dikutip dari Kompas.com.
Menteri Kesehatan menjelaskan, sebenarnya ada 245 WNI yang akan dievakuasi, namun 7 diantaranya tidak lolos pemeriksaan dan memilih untuk tetap tinggal di China.
“Empat orang menyatakan untuk tidak mau berangkat karena lebih nyaman di sana. Meski kita sudah tawarkan semua,” ujar Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto dikutip dari Kompas.com.
Sedangkan 3 orang tidak lolos uji pemeriksaan yang dilakukan Pemerintah China. (ave/dikutip dari tribunnews.com, tayang Rabu (05/02/2020)
Discussion about this post