Dunia industri memainkan peranan yang begitu penting dalam perekonomian sebuah negara. Melalui sektor industri, banyak kebutuhan masyarakat dan sektor lain dapat dipenuhi. Dukungan pada sektor industry senantiasa digalakkan oleh pemerintah Republik Indonesia dari masa ke masa melalui berbagai kebijakan. Selain kebijakan, tidak kalah penting peran sumber daya manusia yang mumpuni untuk mendukung sektor tersebut.
Mengulas tentang peran dukungan sumber daya manusia pada sektor industri, Wartawan Senior Ave Rosa A. Djalil mewawancarai I Made Dana Tangkas, Founder dan CEO dari Industry & Business Institute of Management (IBIMA) dan PT. IBIMA (Insan Bisnis & Industri Manufaktur Indonesia), yang juga pendiri dan Presiden Institut Otomotif Indonesia, melalui surat elektronik dan telepon baru-baru ini.
Made Dana Tangkas mewakili IBIMA dan IOI menyampaikan keprihatinan yang mendalam dan duka cita terhadap para korban musibah bencana wabah Covid-19 yang telah ditetapkan menjadi pandemic dunia, serta keprihatinan atas krisis ekonomi yang juga melanda Indonesia tercinta. “Sebelumnya, marilah kita tetap bersemangat menghadapi wabah Covid-19 dan krisis ini secara bersama dengan pemerintah dan berbagai lapisan serta elemen masyarakat agar masalah ini cepat dapat terselesaikan. Dan kita berdoa selalu untuk seluruh komponen bangsa agar tetap selalu sehat, selamat, aman, terhindar dari dari wabah yang sedang terjadi dan krisis, serta senantiasa dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa,” ucapnya mengawali.
Disinggung mengenai peransertanya dalam dunia industry, kelahiran Pupuan-Tabanan, Bali, October 1965 ini mengungkankan bahwa hidup berawal dari sebuah mimpi dengan penjabaran menjadi values (nilai-nilai), visi, misi, goal/sasaran dan P-D-C-A (Plan, Do, Check, Action) yang berkelanjutan. Hal ini menurut dia dijalankan secara terpadu dalam bingkai V-S-L (Value/Mindset, System, dan Leadership). “Sebagai insan kamil, kita harus memberikan manfaat yang terbaik & sebesar-besarnya untuk kehidupan. Hal-hal ini harus tereksekusi & terimplementasi dalam berbagai peran dan fungsi di organisasi perusahaan/lembaga/instansi yang kita pimpin,” ujar lulusan teknik industri Institut Teknologi Bandung 1984 ini.
Pada dasarnya, lanjut dia, setiap organisasi, instansi/kelembagaan, perusahaan maupun komunitas sudah memiliki fungsi, tugas/kewajiban dan hak masing-masing. Bagaimana menjalankannya agar dapat optimal yaitu melalui pendekatan 3 aspek fundamental profesional, yaitu Mindset/Values, Leadership dan Business Competencies & System (Technology) dengan pihak-pihak terkait, semua stakeholders. Dalam hal ini adalah penyamaan bahasa (komunikasi), visi & misi sampai eksekusinya dari mulai top manajemen dan sampai dengan basic management atau dari pengurus pusat sampai ke pengurus di daerah.
Mengenai adanya Institut Otomotif Indonesia, kata lulusan Master Ilmu Ekonomi Pembangunan UPN ini bahwa sejak awal mereka mempunyai berbagai organisasi/lembaga yang bergerak di industri otomotif. Melihat perkembangan tahun 2010-2015, persaingan industri otomotif semakin tajam di kawasan ASEAN maupun dunia lainnya. Sementara Indonesia memiliki SOI (Sentra Otomotif Indonesia) yang dalam periode 2010-2015 masih belum dapat bersaing dan jauh sebelumnya negara lain sudah mempunyai Institut Otomotif seperti : MAI (Malaysia Automotive Institute), TAI (Thailand Automotive Institute tahun 1996), JARI (Japan Automobile Research Institute tahun 2010), dan lain-lainnya. Sehingga menurut dia, untuk memperkuat daya saing dan fondasi Industri Otomotif Indonesia, pada 20 Mei 2016 bersama Kementerian Perindustrian dan kalangan (ABGC: Academics, Business, Government/Pemerintah dan Community/Masyarakat) didirikan IOI (Institut Otomotif Indonesia) sebagai lembaga think tank dan independen.
“IOI memiliki peran sebagai think tank (thinker), fasilitator, integrator, dan koordinator, serta organisasi independen untuk mempromosikan pengembangan sumber daya manusia, memberikan dukungan, umpan balik & saran kepada pemangku kepentingan industri, pemerintah dan pelaku otomotif, serta berkoordinasi dan kerjasama di antara para pemangku kepentingan ABGC untuk memajukan industri otomotif di Indonesia,” beber pemilik aktifitas lain seperti membaca, mengajar, dan menulis ini.
Untuk mengembangkan industri otomotif yang kuat, maju dan mandiri di Indonesia, tambahnya, dibutuhkan kontribusi, dukungan dan kolaborasi antara semua pemangku kepentingan industri otomotif. Diharapkan semua pemangku kepentingan untuk melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam membangun pemanfaatan industry otomotif yang lebih maju, fleksibel dan berbasis lokal di Indonesia. IOI sendiri memiliki beberapa tema atau tujuan yaitu, untuk meningkatkan daya saing industry otomotif Indonesia sekaligus terintegrasi ke dalam rantai pasok global, menjadi lokomotif bagi pengembangan industry otomotif Indonesia (people, technology & product, capacity building), sebagai pendorong utama untuk memastikan roadmap motorisasi dan perkembangan otomotif di Indonesia, membentuk & memperkuat SDM industri otomotif yang kompeten, profesional dan berdaya saing kelas dunia melalui lembaga PBK dan LSP yang kredibel dan direkognisi di mancanegara.
Secara lebih luas, IOI diharapkan adaptif & fleksibel terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat, terutama di bidang industri otomotif. IOI membuka wawasan bersama pemerintah & pelaku industri/usaha bahwa ruang lingkup industri otomotif mencakup kegiatan teknologi otomotif (Automotive : Auto = bergerak sendiri ; motive = power, energi penggerak, kekuatan pendukung). Dalam prakteknya mencakup beberapa produk seperti : kendaraan roda 2/3/4 & selebihnya, industri komponen/spare parts, karoseri, alat-alat berat, kereta api, kapal laut, dan pesawat terbang.
Dijelaskan Made Dana mengatakan, IOI memperkuat kemampuan Indonesia sebagai basis produksi & ekspor otomotif, dan menjadi rantai pasok global dengan memperkuat daya saing industri otomotif Indonesia di domestik dan global. Pengembangannya mencakup end to end, dari Industri hulu-antara-hilir dan pelayanan purna jual (perbengkelan, aksesoris, spare parts), serta termasuk pengembangan IKM/UKM, koperasi, dan sentra kawasan industri di beberapa provinsi di Indonesia.
“Di samping itu, IOI bekerjasama dengan perguruan tinggi, universitas, politeknik & SMK untuk memperkuat SDM yang terampil dan mempunyai kompetensi serta kemampuan teknis, ahli dalam bidang produk & proses, dan teknologi tinggi untuk Industri Otomotif Indonesia, mengkoordinasikan pusat fasilitas uji/test yang terintegrasi serta membentuk pusat informasi dan basis data untuk sektor industri otomotif, dan juga pengembangan ekosistem industry otomotif yg terintegrasi dan berkelanjutan,” papar Chairman of Permanent Committee (2016-2021 : Metal & Machinary Industry and Transportation Industry (Land, Sea, Air) for Industrial Policy and Regional Empowerment di KADIN.
Diakuinya, tantangan untuk membangun industri otomotif yang mandiri/berdikari & sejahtera sangat besar sekali. Selain untuk membangun “Capacity Building” sendiri, juga menghadapi persaingan dari negara ASEAN lainnya. bagaimana Indonesia bisa menjadi pelaku/pemain industri otomotif terbesar di kawasan Asia Tenggara tahun 2025-2030.
Dan yang paling utama menjadi peran kita, terangnya, adalah mengajak teman-teman pelaku industri otomotif lokal & global/multinasional untuk bersatu & berkolaborasi, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara otomotif terdepan di ASEAN. Hal ini penting dengan membangun iklim industri yang sehat berkontribusi besar terhadap GDP dan menjadi negara yang maju, mandiri dan sejahtera di tahun 2025-2030 dengan berbasis industri otomotif yang kuat & berdaya saing global.
Berkaitan dengan Industry & Business Institute of Management (IBIMA) dan PT. IBIMA (Insan Bisnis & Industri Manufaktur Indonesia) yang dinahkodainya, dia berterus terang bahwa hal tersebut sesuai dengan pengalaman selama kurang lebih 30 tahun. Pengalamannya di Astra Group dan Toyota Indonesia maupun Regional & Global, dan aktif di KADIN Bidang Perindustrian sejak 2008, kemudian 2015 ikut aktif di Pokja KEIN, serta 2016 sebagai team di Kementerian Perindustrian. Tidak hanya itu, kepercayaannya mendirikan lembaga tersebut serta juga didukung oleh para senior di Indonesia seperti TP. Rachmat (Founder Tri Putra Group & Adaro) dan Ary Ginanjar Agustian (Founder/CEO ESQ Group) dengan sebuah pertanyaan, “Bagaimana membangun industri Indonesia yang berkesinambungan dan dapat mengangkat kesejahteraan rakyat Indonesia?”.
“Hal ini menjadi harapan besar atas kemampuan industri dalam negeri bersama seluruh perangkat & stakeholder-nya untuk dapat bangkit dan bekerjasama membangun era baru industri Indonesia. Oleh karena itu, maka didirikanlah IBIMA pada pertengahan tahun 2018 sebagai sebuah Institusi Thinker maupun bisnis danturunannya untuk menggarap berbagai sektor industri (manufaktur & jasa/servis) di Indonesia. IBIMA mempunyai tujuan yang lebih besar lagi, yaitu menggarap sektor industri secara total dan bagaimana membawa bisnis dan industri Indonesia berdaya saing kelas dunia serta menjadi world class industry dengan local content setinggi-tingginya dan berkontribusi terhadap GDP > 30 persen di tahun 2030,” ucap Made Dana penuh keyakinan.
Di samping itu, kata Working Group Members of National Economic & Industrial Committee for Basic Metal Industries and Industrial Zone (KEIN) 2016-2019, IBIMA berperan sebagai penggerak kemajuan industri, meningkatkan produktivitas dan daya saing nasional, serta merupakan lembaga independen (yang didukung ABGCM) untuk pengembangan sumber daya manusia, memberikan dukungan, umpan balik & saran kepada pemangku kepentingan bisnis dan industri. Bersama pemerintah dan pengusaha/pelaku industri, melakukan koordinasi dan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan untuk memajukan bisnis dan industri di Indonesia.
“Untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing industri manufaktur yang kuat, maju dan berdikari di Indonesia, IBIMA mengharapkan semua pemangku kepentingan untuk melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam membangun bisnis dan industri yang lebih maju, fleksibel dan berbasis local wisdom & kompetensi anak negeri, serta khususnya di era digitalisasi ini kita juga menyiapkan diri untuk memasuki era revolusi industri 4.0,” ujar Senior Executive Advisor (BOD Meeting Member) of PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia ini.
IBIMA yang baru berjalan masih kurang 2 tahun itu, menurut Made Dana, diibaratkan masih merangkak dan perlu membuka jaringan serta pemahaman yang lebih luas untuk kalangan industri dari pihak swasta (BUMS), MNC, BUMN, BUMD, IKM, Koperasi, UMKM, dan lain-lainnya untuk bergerak bersama.
Sejauh ini, ungkapnya, terdapat beberapa hal yang sudah digarap dan bisa dikembangkan lebih lanjut sebagai berikut :
IBIMA fokus melakukan transformasi bisnis & Industri. Sebagai contoh di perusahaan energi & pertambangan dan anak-anak usahanya dengan pencapaian efisiensi cost yang cukup besar dalam waktu hanya 4 bulanan pendampingan. Di samping itu, IBIMA berhasil melakukan improvement di industri manufaktur lainnya termasuk pengembangan IKM, UKM & Koperasi dan juga bekerjasama dengan beberapa kementerian dan lembaga dalam program development unit bisnisnya.
Membentuk & melatih/mendampingi berbagai perusahaan industry (dari MNC, BUMN/D, perusahaan swasta nasional/BUMS, IKM dan UKM, koperasi, dan jenis usaha lainnya) mempunyai basis industry manufaktur/jasa yang kuat, mempunyai best operational excellence berkelas dunia, dan profit sustainability yang tinggi.
Ikut serta dalam pengembangan bisnis dari R&D sampai Komersialisasi atau proyek industry baru dan juga mengajukan merger & akuisisi yang in-line dengan supply chain industry nasional maupun global supply chain.
Menjaga networking dan menjadi integrator/think tank dalam pengembangan industry dengan peran meningkatkan sisi Demand (pasar) dan Supply (produksi) serta ikut membangun ekosistem & kebijakan bisnis/industri nasional.
Membangun pusat pembelajaran Industri & Bisnis (Learning Center) dan E-Learning serta pengembangan ekosistem industry nasional yg komprehensif dalam pengembangan/transformasi industri & bisnis Indonesia, termasuk industri 4.0 & teknologinya.
Di sisi lain, berbicara tentang pertumbuhan industri lokal dan nasional saat ini, Made Dana menuturkan bahwa pertumbuhan industri belakangan ini berkisar 4% dan lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi, GDP growth sekitar 5%. Sejalan dengan itu perkembangan industri lebih banyak ke industri hilir, sehingga kontribusi industri terhadap GDP juga masih rendah sekitar 19%-20% . Sementara target kontribusi industri ke GDP adalah > 30% di tahun 2030.
“Apalagi dengan adanya bencana wabah covid-19 belakangan ini telah menjatuhkan sendi-sendi kehidupan dan perekonomian serta industri Indonesia. Secara aspek kemanusiaan, maka keselamatan dan kesehatan masyarakat menjadi hal yang paling utama. Namun sejalan dengan itu perlu melihat aspek kemanusiaan dan juga bagaimana agar kemudian pertumbuhan ekonomi & industri dapat berkelanjutan,” ujarnya.
Ditambahkannya, pertumbuhan industri lokal-nasional saat ini dirasa memerlukan lebih banyak perhatian dari pemerintah, seperti dukungan ekonomi, finansial, dan teknologi, baik dari segi kebijakan maupun pemetaan roadmap industry dan SDM. Bila kita ingin menguatkan pertumbuhan industri nasional, lanjutnya, maka tendensi pemerintah sebaiknya menguatkan SDM lokal dengan daya saing & kompetensi berkelas dunia sehingga mampu mengolah SDA yang tersedia di bumi Indonesia.
Menurut Made Dana, beban perekonomian nasional harus digarap bersama dari investor atau principal sampai para pelaku lokal. “Namun demikian, kita harus gali lebih dalam dan kembangkan IKM, UKM, UMKM termasuk Koperasi agar terjadi pemerataan dan peningkatan peran serta pelaku industri lokal di dalam negeri. Sehingga ke depan, sebaran kemajuan industri nasional dapat merata (termasuk pemerataan di bidang ekonomi) dari masyarakat kecil menengah sampai pada investor yang keduanya diharapkan dapat merambah pasar nasional sekaligus global,” ulasnya mengakhiri. (ave)
Discussion about this post