Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta para ilmuwan untuk menyelidiki dan menganalisis penyebab melonjaknya penyebaran virus corona (COVID-19) di China. Beberapa hari terakhir, kasus Covid-19 China kembali melonjak dengan Beijing sebagai hotspot penyebaran.
Menurut WHO, ini penting untuk mengetahui apa yang benar-benar terjadi. Sehingga berdampak pada saran-saran yang akan diberikan ilmu kesehatan ke depan.
“Jawabannya terletak pada penyelidikan yang cermat, sistematis, dan menyeluruh dari kluster penyakit itu, untuk benar-benar melihat apa yang terjadi dalam situasi ini. Dan, apa yang menyebabkan pengembangan penyakit,” kata Direktur Eksekutif Program Darurat WHO, Mike Ryan, saat konferensi pada Senin (16/6/2020), dikutip dari CNBC Internasional.
Menurut Ryan, jika sudah mendapatkan hasil penyelidikan dunia akan membangun gambaran yang jauh lebih baik tentang penanganan Covid-19. Seperti perilaku apa yang harus dihindari, tempat apa yang harus dihindari, dan keadaan apa yang harus dihindari.
Selain itu, menurut Ryan, penting juga untuk mencari faktor risiko tertentu, termasuk situasi dan perilaku. Serta konteks yang dihasilkan oleh sebuah kluster untuk mencegah hal tersebut terjadi kembali.
Di sisi lain, Kepala unit penyakit dan zoonosis WHO, Maria Van Kerkhove mengatakan bahwa kluster yang muncul di negara manapun adalah “kondisi khusus”. Sebab pejabat kesehatan perlu memahami dari mana asal kluster dan langkah untuk mengendalikannya.
Dengan banyaknya negara di dunia yang bergulat dengan gelombang kedua kasus COVID-19, Van Kerkhove mendesak para pejabat kesehatan untuk waspada. Bahkan ia berujar semua negara harus tetap waspada.
“Semua negara harus tetap siap. Penting bahwa negara memiliki sistem untuk cepat mengidentifikasi dan menguji kasus-kasus yang dicurigai, serta mengikuti pola peristiwa yang sama. Pastikan untuk menguji, isolasi, lacak kontak dan kontak karantina, sehingga setiap kemunculan kasus dapat diambil dengan cepat dan dihilangkan,” katanya.
“Semua negara harus siap, untuk mencegah kemungkinan menjadi tempat berikutnya dimana kasus dapat muncul kembali,” tambahnya.
Kini para pejabat WHO sedang melacak dan memonitor asal usul kluster baru China itu. Kantor WHO di Beijing bekerja dengan ahli epidemiologi dan ahli kesehatan untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut.
Pada pernyataan hari Sabtu (13/6/2020), WHO mengatakan semua kasus yang dikonfirmasi saat ini sudah diisolasi dan dalam perawatan medis. Pelacakan kontak dan sekuensing genetik sampel juga sedang dilakukan guna memahami asal-usul cluster dan hubungan antar kasus.
China melaporkan ada total 79 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi sejak 11 Juni. Sebagian besar terkait kluster baru yakni sebuah pasar makanan grosir terbesar di Asia, yang terletak di Beijing, pasar Xinfadi.
Pasar Xinfadi adalah kompleks gudang dan lokasi berdagang dengan luas hampir 160 lapangan sepak bola. Pasar ini juga 20 kali lebih besar dari pasar makanan laut di Wuhan, lokasi pertama wabah diidentifikasi.
Kini China menduduki posisi ke-19 dengan kasus terjangkit terbanyak secara global, yakni 83.221 kasus. Sedangkan angka kematian 4.634 kasus dan 78.377 pasien berhasil sembuh sejauh ini, menurut data Worldometers.
Sebelumnya China melakukan tes massal pada 76 ribu orang terkait kluster Xinfadi. Pemerintah juga memperketat gerak warga di 11 area yang dekat dengan kluster, dengan melakukan penguncian wilayah (lockwond), melarang orang keluar rumah dan sekolah.
Semua pihak menakutkan China bisa diserang gelombang kedua, virus yang pertama merebak dari Wuhan ini. Selain China, Korea Selatan juga menjadi negara yang berkutat dengan ancaman yang sama.
Discussion about this post