Avesiar – Jakarta
Rencana pembongkaran sebagian masjid abad ke-14 di sebuah kota Muslim di China barat daya, dikutip dari The Guardian, Selasa (30/5/2023), menyebabkan bentroknya pengunjuk rasa dan ratusan polisi di tengah kemarahan yang terjadi.
Disinyalir kerusuhan yang pecah pada Sabtu sebagai tanggapan atas upaya pihak berwenang untuk membongkar bagian Masjid Najiaying di Nagu, sebuah kota di provinsi Yunnan.
Disebutkan bahwa pengadilan pada tahun 2020 memutuskan penambahan masjid baru-baru ini, termasuk atap kubah dan menara, adalah ilegal dan harus dipindahkan. Tetapi ketika pekerjaan dekonstruksi dimulai pada akhir pekan, penduduk lokal di Nagu, yang dihuni oleh kelompok etnis Hui, mayoritas minoritas Muslim, keberatan, menghentikan pekerjaan untuk sementara.
Video yang diposting di media sosial barat menunjukkan polisi dengan perisai anti huru hara dan alat pelindung bentrok dengan ratusan pengunjuk rasa di luar masjid. Beberapa pengunjuk rasa melemparkan kursi dan batu. Beberapa orang dilaporkan ditangkap.
Video lain yang diposting di Twitter menunjukkan seorang pria diborgol dengan memar di dadanya, sementara seorang wanita terdengar mengeluh tentang perawatannya.
Polisi setempat, dikutip dari The Guardian, pada Ahad (28/5/2023), mengeluarkan pernyataan yang mengakui kerusuhan tersebut dan memberikan waktu hingga 6 Juni kepada pengunjuk rasa untuk menyerahkan diri.
Disebutkan juga, diskusi tentang insiden itu di media sosial Tiongkok dengan cepat disensor. Pencarian di Weibo, layanan mirip Twitter, untuk “Masjid Najiaying” menghasilkan sedikit hasil, dengan hanya komentar pro-pemerintah yang tersisa secara online.
Menggunakan tagar #Najiaying, seorang pengguna Weibo menulis: “Saya tidak ingin berbicara terlalu banyak, saya hanya ingin mengatakan: Saya sangat mendukung kebijakan nasional, dan saya berharap negara tidak akan membiarkan ekstrimis serigala yang berniat untuk mempengaruhi hukum.”
Orang Hui, dikutip dari The Guardian, adalah etnis minoritas terbesar ketiga di China. Tidak seperti kelompok etnis Muslim utama China lainnya, Uyghur, orang Hui berbicara bahasa Mandarin dan terlihat lebih berasimilasi dengan mayoritas Han.
Namun komunitas Hui masih menjadi sasaran pemerintah China. Pada tahun 2015, Xi Jinping, presiden China, mengatakan peningkatan jumlah pemeluk agama di negara tersebut harus diperlakukan dengan hati-hati.
Dikutip dari The Guardian, konstitusi China menjamin kebebasan beragama tetapi dalam beberapa tahun terakhir pemerintah memperketat cengkeramannya pada ekspresi keagamaan, khususnya di kalangan umat Islam. (ard)
Discussion about this post