Avesiar – Jakarta
Polisi Skotlandia menangkap mantan Menteri Pertama negara atau pemimpin Skolandia Nicola Sturgeon, yang mendominasi politik selama hampir satu dekade, Ahad (11/6/2023). Penangkapannya, dikutip dari Huffington Post, terkait penyelidikan keuangan Partai Nasional Skotlandia yang pro-kemerdekaan.
Polisi Skotlandia mengatakan seorang wanita berusia 52 tahun ditahan “sebagai tersangka sehubungan dengan penyelidikan yang sedang berlangsung atas pendanaan dan keuangan Partai Nasional Skotlandia.”
“Wanita itu ditahan dan sedang diinterogasi oleh detektif Polisi Skotlandia, tanpa menyebut nama Sturgeon. Polisi Inggris tidak mengidentifikasi tersangka sampai mereka didakwa,” kata kepolisian.
Juru bicara Sturgeon mengatakan mantan menteri pertama secara sukarela menghadiri wawancara dengan polisi dan akan bekerja sama dengan penyelidikan pasukan.
SNP mengatakan bahwa partainya telah bekerja sama sepenuhnya dalam penyelidikan ini dan akan terus melakukannya. Namun tidak tepat untuk secara terbuka membahas masalah apa pun saat penyelidikan itu sedang berlangsung.
Polisi Skotlandia telah menyelidiki bagaimana 600.000 pound atau 745.000 dolar yang ditujukan untuk kampanye kemerdekaan Skotlandia dihabiskan.
Dua mantan pejabat SNP, Colin Beattie, bendahara, dan Peter Murrell, kepala eksekutif, sebelumnya ditangkap dan diinterogasi sebagai bagian dari penyelidikan. Tidak ada yang dibebankan.
Pemimpin wanita pertama dari pemerintahan devolusi Skotlandia, Sturgeon memimpin partainya untuk mendominasi politik Skotlandia dan mengubah SNP dari partai yang sebagian besar hanya memiliki satu masalah menjadi kekuatan pemerintahan yang dominan dengan posisi sosial liberal.
Dia memimpin partainya selama tiga pemilu di seluruh Inggris Raya dan dua pemilu Skotlandia, dan memimpin Skotlandia melewati pandemi virus corona, memenangkan pujian atas gaya komunikasinya yang jelas dan terukur.
Tetapi Sturgeon meninggalkan jabatannya di tengah perpecahan di SNP dan dengan tujuan utamanya soal kemerdekaan dari Inggris untuk negara berpenduduk 5,5 juta orang itu tidak terpenuhi.
Pemilih Skotlandia mendukung tetap tinggal di Inggris dalam referendum 2014 yang disebut sebagai keputusan sekali dalam satu generasi. Partai menginginkan pemungutan suara baru, tetapi Mahkamah Agung Inggris telah memutuskan bahwa Skotlandia tidak dapat mengadakan pemungutan suara tanpa persetujuan London. Pemerintah pusat telah menolak untuk mengesahkan referendum lain.
Kepergian Sturgeon memicu pergolakan untuk masa depan SNP di tengah tudingan atas penurunan keanggotaan partai dan perpecahan atas jalan terbaik menuju kemerdekaan. (ard)
Discussion about this post