KAMU KUAT – Jakarta
Gempuran tren media sosial, maraknya konten hiburan, dan hiruk-pikuk kehidupan remaja yang penuh warna, bisa jadi membuat topik politik dan isu kebangsaan sering kali terdorong ke pojok ruang perhatian.
Banyak yang merasa politik adalah urusan orang dewasa, dunia yang penuh konflik dan rumit, atau bahkan sesuatu yang membosankan. Padahal, tanpa disadari, keputusan-keputusan politik hari ini akan sangat memengaruhi kehidupan remaja di masa depan mulai dari biaya pendidikan, kebebasan berpendapat, hingga peluang kerja.
Semakin banyak remaja yang mulai “melek” politik, menyadari bahwa suara mereka penting dan memiliki kekuatan untuk membentuk masa depan bangsa.
Artikel ini mengulas bagaimana para remaja mulai memandang politik bukan sebagai momok, tapi sebagai wadah perjuangan, suara, dan harapan. Yuk simak beberapa komentar dan pendapat para mahasiswa sahabat kanal remaja KAMU KUAT! Avesiar.com berikut
Mey, mahasiswa semester 8, Institut Teknologi Bandung

Dulu, politik terasa seperti sesuatu yang jauh dari kehidupan anak muda. Tapi semakin hari, makin banyak remaja yang mulai menyadari bahwa dunia politik sebenarnya menyentuh hampir setiap aspek hidup mereka. Salah satunya adalah Mey, mahasiswi yang kini mulai aktif mengikuti isu-isu politik di Indonesia.
“Politik adalah hal-hal yang berkaitan dengan ketatanan negara dan sistem pemerintahan. Kebijakan-kebijakan pemerintah bisa berdampak langsung atau tidak langsung pada kehidupan masyarakat,” ujar Mey.
Mey mengaku, dulu ia tidak terlalu peduli pada isu politik. Ia merasa politik tidak menyentuh kehidupannya secara langsung. Namun, semuanya berubah sejak ia duduk di bangku kuliah. “Setelah saya paham, tidak terkena dampaknya bukan berarti kita bisa acuh. Bisa jadi suatu saat justru dampaknya akan langsung ke saya,” katanya.
Sejak itu, ia mulai rutin mengecek berita, terutama dari media sosial seperti Instagram dan Twitter. Bicara soal sosok inspiratif dalam dunia politik, Meydi menyebut nama Mohammad Hatta. “Beliau bukan hanya Wakil Presiden pertama, tapi juga seorang pemikir yang jujur dan sederhana,” ungkapnya.
Meydi sangat terkesan dengan kutipan Hatta, “Aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” Baginya, kutipan itu menunjukkan betapa kuatnya pemikiran dan nilai-nilai yang dipegang Hatta dalam perjuangan politik.
Mey juga menekankan pentingnya peran remaja dalam kehidupan politik. “Remaja adalah penerus bangsa. Apa yang kita lakukan sekarang bisa berdampak besar di masa depan,” jelasnya.
Ia khawatir jika remaja terlalu cuek terhadap politik, maka akan sulit menjamin masa depan bangsa yang lebih baik. “Kalau kita dari sekarang sudah nggak peduli, bagaimana nanti kita bisa jadi pemimpin yang baik?” tambahnya.
Menurutnya, ada banyak cara sederhana yang bisa dilakukan remaja untuk berkontribusi. “Cari tahu informasi politik dari sumber terpercaya, aktif berdiskusi, dan jangan takut menyuarakan pendapat,” ucapnya.
Ia juga menyoroti pentingnya peran media sosial. “Kita lebih familiar dengan teknologi daripada orang tua. Gunakan itu buat menyebarkan informasi penting dan membuka ruang diskusi,” katanya.
Bahkan, jika perlu, Mey tak menutup kemungkinan remaja turun ke jalan demi menyuarakan suara mereka. “Demo itu salah satu cara menyampaikan aspirasi, terutama untuk mereka yang suaranya nggak terdengar.”
Andin, mahasiswi semester 4, Universitas Negeri Yogyakarta

Dalam sebuah obrolan santai, ia berbagi pandangannya soal dunia politik yang kerap dianggap “jauh” oleh banyak remaja. “Politik itu aktivitas yang di dalamnya ada pemikiran atau gagasan untuk mencapai tujuan dari golongan tertentu,” jelas Andin.
Bagi Andin, politik bukan sekadar urusan para pejabat di layar kaca. Ia merasa bahwa realita politik nasional sangat dekat dengan kehidupan kampusnya. “Yang aku rasakan saat ini tuh di dunia politik Indonesia lagi chaos-chaosnya. Banyak kebijakan yang lebih pro ke golongan tertentu saja,” ungkapnya.
Meski mengaku hanya “sedikit mengikuti” isu-isu politik, Andin sadar bahwa ketidaktahuan bukanlah pilihan. “Hal-hal ini nggak bisa kita acuhkan karena menyangkut kehidupan kita di masa depan. Jadi, mau nggak mau kita harus tahu keadaannya lagi seperti apa,” tegasnya.
Ia biasa mencari informasi lewat media sosial seperti Instagram, X (Twitter), TikTok, dan juga portal berita. Ketika ditanya soal tokoh politik panutan, Andin memberikan jawaban yang cukup jujur dan kritis. “Menurut aku belum ada yang bener-bener bersih. Semua pasti punya kepentingan sendiri-sendiri,” katanya kemudian tertawa kecil.
Baginya, idealisme dalam politik kerap dibayangi kepentingan pribadi atau kelompok. Namun Andin percaya, remaja harus peduli pada politik apa pun skala lingkungannya. “Kalau dari remaja aja mereka udah nggak peduli, gimana nanti ke depannya negara kita? Bisa aja negara ini bubar saking banyaknya yang nggak peduli,” katanya dengan nada serius.
Andin sempat menjadi bagian dari BEM kampus, organisasi mahasiswa yang menurutnya adalah “miniatur kecil dari keadaan Indonesia saat ini”. Ia melihat bahwa dinamika politik kampus pun diwarnai oleh kepentingan golongan tertentu. Meski begitu, ia menyarankan remaja untuk aktif di organisasi seperti BEM atau Himpunan Mahasiswa. “Di situ kita belajar gimana cara menyampaikan pendapat dengan baik dan benar, serta menyusun kebijakan,” ucapnya.
Razan, mahasiswa semester 3, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta

“Politik itu proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat luas. Setiap kebijakan berdampak langsung atau tidak langsung pada kesejahteraan masyarakat, termasuk remaja,” ujar Razan.
Ia juga memandang politik sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi dan memperjuangkan kepentingan publik, bukan hanya soal kekuasaan. Meski begitu, Razan mengakui bahwa dunia politik Indonesia terkadang terasa jauh dari kehidupan remaja. “Isu-isu politik sering dikemas dalam bahasa yang kompleks dan terkesan eksklusif, jadi kurang relevan bagi keseharian remaja,” ungkapnya.
Namun, ia juga menyadari bahwa dalam momen-momen seperti pemilu atau ketika muncul isu sosial besar, politik mendadak terasa sangat dekat dan nyata.
Untuk tetap terhubung dengan dunia politik, Razan mengandalkan media sosial seperti Instagram, YouTube, dan Twitter. “Informasi di media sosial lebih ringan dan gampang diakses. Tapi sesekali saya juga baca portal berita online biar dapat pandangan yang lebih objektif,” jelasnya.
Salah satu tokoh politik yang menginspirasi Razan adalah Kang Dedi Mulyadi. “Beliau pemimpin yang dekat dengan rakyat kecil dan memperjuangkan budaya lokal. Cara bicaranya sederhana tapi penuh empati. Itu bikin banyak orang, termasuk saya, jadi terinspirasi untuk lebih peduli pada lingkungan sosial,” kata Razan.
Bagi Razan, kepedulian remaja terhadap politik adalah keharusan. “Keputusan politik hari ini akan mempengaruhi masa depan kita. Remaja perlu memahami politik agar bisa kritis, menyuarakan aspirasi, dan jadi warga negara yang bertanggung jawab,” tegasnya.
Ia percaya bahwa peran remaja bisa dimulai dari hal-hal sederhana: mencari informasi yang valid, berdiskusi sehat, dan nanti ketika waktunya tiba menggunakan hak pilih dengan bijak.
Raynanda Syauqi Rachmantyo, mahasiswa semester 2, Universitas Pancasila

“Bagi banyak remaja, politik sering terdengar seperti sesuatu yang rumit, penuh janji, debat, dan orang dewasa bersuit,” ujar Raynanda Syauqi Rachmantyo, mahasiswa semester 2 Universitas Pancasila.
Tapi menurutnya, politik sebenarnya tidak sejauh itu dari kehidupan sehari-hari. “Dari harga jajanan di kantin, kualitas pendidikan, sampai kebijakan soal internet semuanya ada kaitannya dengan keputusan politik,” lanjutnya.
Banyak anak muda merasa politik itu “bukan urusan kita”. Bahasa yang digunakan terasa berat, dan sering kali pembahasannya menimbulkan konflik. Namun Syauqi punya pandangan lain. Ia menyadari bahwa “kita hidup di dalam sistem yang dibentuk oleh kebijakan politik. Jadi, suka tidak suka, kita semua sebenarnya sudah ‘terlibat’, meskipun secara tidak langsung.”
Ketika bicara soal mengikuti isu politik, ia jujur, “Kadang saya merasa malas atau bingung harus mulai dari mana.” Tapi kini, media sosial seperti TikTok, Instagram, atau Twitter menjadi gerbang paling cepat untuk tahu apa yang sedang ramai dibicarakan. “Isu-isu politik bisa muncul dalam bentuk video singkat, meme, atau utas yang seru dibaca,” jelasnya.
Meski begitu, ia mengingatkan agar tetap kritis. “Enggak semua informasi itu bisa dipercaya mentah-mentah. Kita harus pintar-pintar milih sumber yang akurat.”
Sebagai generasi muda, syauqi percaya bahwa remaja punya peran besar dalam urusan politik. “Hari ini kita memang belum bisa ikut nyoblos atau bikin kebijakan, tapi besok, kita lah yang akan memimpin. Politik itu bukan cuma soal kekuasaan, tapi soal keberpihakan dan tanggung jawab pada masyarakat,” katanya penuh semangat.
Lalu, apa yang bisa dilakukan remaja mulai dari sekarang? “Peran paling sederhana adalah melek informasi,” jawabnya. syauqi tidak mewajibkan anak muda untuk turun ke jalan atau ikut debat panas. “Cukup dengan mulai peduli, bertanya, mencari tahu, dan berdiskusi dengan teman-teman, itu sudah langkah awal yang sangat penting.”
Bagi syauqi, membuka mata terhadap politik bukan sekadar pilihan, tapi sebuah bentuk kesadaran diri sebagai generasi penerus bangsa. “Kalau remaja mulai membuka mata, telinga, dan hati, maka dunia politik pun bisa jadi ruang kita untuk tumbuh, bersuara, dan berkontribusi.”
Remaja mungkin belum bisa membuat kebijakan, tapi dengan peduli dan paham politik sejak sekarang, kita sedang menyiapkan diri untuk jadi pemimpin masa depan yang bijak dan bertanggung jawab. (Resty)
Discussion about this post