Avesiar – Kendal, Jawa Tengah
Kegiatan sedekah sampah yang dijalankan di SD Muhammadiyah Sukorejo membuat Kepala SD Muhammadiyah Sukorejo (Muhas), Kendal, Butuk Kemisih, meraih penghargaan bergensi dari Indonesia Green Principal Award atau IGPA, dikutip dari Suara Muhammadiyah, Rabu (25/1/2023).
Butuk menerima dua penghargaan, yakni Outstanding Dedicated Principal on Circular School Initiatives dan Outstanding Program Planning on Rething Circular Award. Ini adalah sebuah program tentang sirkular ekonomi yang diselenggarakan oleh Janitra Bhumi Indonesia Education Consulting bekerja sama dengan IGPA serta Pusat Studi Perdagangan Dunia (Pspd), Pusat Inovasi Agro Teknologi (Piat), dan Universitas Gajah Mada.
Butuk mengaku dia adalah salah satu dari 22 peserta lain dari berbagai daerah di Indonesia yang mengikuti kegiatan bergengsi tersebut. Senin (23/1/2023) di ruang kerjanya.
Outstanding Dedicated Principal on Circular School Initiatives, lanjutnya, merupakan program yang strategis untuk bisa masuk dan menjadi bagian dari materi yang diajarkan dengan meramu dalam kurikulum maupun hidden kurikulum sekolah.
“Upaya yang telah kami lakukan dalam program tersebut adalah kegiatan sedekah sampah dan minyak jelantah yang telah diinisiasi dan dijalankan di SD Muhammadiyah Sukorejo sejak satu tahun terakhir” ungkap Butuk di ruang kerjanya, Senin (23/1/2023).
Para siswa di sekolahnya tersebut membawa sampah layak jual berupa kardus, buku bekas, botol plastik, serta kaleng bekas setiap Jum’at.
“Sampah yang terkumpul dijual, dana digunakan untuk membantu pembangunan gedung sekolah dan beasiswa. Sampah yang dikumpulkan menjadi nilai jariyah sampah, dan alhamdulillah, dana yang terkumpul selama setahun kemarin 9 jutaan,” ujarnya.
Butuk mengakui dan prihatin terhadap budaya masyarakat tentang buang sampah sembarangan, masyarakat masih menerapkan siklus ekonomi linier.
“Siklus ekonomi linier selama ini adalah ambil-pakai-buang, ‘take-make-dispose,’ yang telah membuat planet bumi terbebani luar biasa hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tak pernah habis” beber Butuk.
Menurutnya, masyarakat terutama generasi muda dan para siswa harus dikenalkan lima prinsip memikir ulang barang yang akan dipakai, yakni sejauh mana nilai kebutuhan barang menjadi sampah, kemudian melakukan perbaikan, mengurangi pemakaian material mentah dari alam, mengoptimasi pengggunaan material yang dapat digunakan kembali, dan penggunaan material hasil dari proses daur ulang.
“Melalui lima prinsip tersebut akan terwujud mindset ekonomi sirkular adalah zero waste, bebas sampah, sebuah mindset yang bisa membuat bumi lebih terjaga lebih lestari” harapnya.
Sementara untuk sedekah minyak jelantah, menurut Butuk sebagai salah satu bahan baku pembuatan lilin aromaterapi dan dalam proses pembuatannya pernah dilakukan, tetapi belum sempurna.
“Kami pernah membuatnya, tetapi belum sempurna. Insya Allah dalam waktu dekat jelantah bisa kami wujudkan menjadi lilin aromaterapi,” terangnya.
Butuk menambahkan, selama mengikuti kegiatan IGPA banyak pengalaman diperoleh yang tak diduga sebelumnya, meski ada praktek di sekolahannya yang menjadi sesuatu penting di ajang bergengsi tersebut.
“Itu juga menjadi bagian penting dari penilaian untuk mendapatkan dua macam penghargaan tersebut,” kata Butuk. (adm)
Discussion about this post