Avesiar – Jakarta
Bertepatan pada malam hari peringatan Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia, Medco Energy menggelar Konser Kemerdekaan Republik Indonesia 2023 bertema “Terus Melaju untuk Indonesia Maju”, di Soehanna Hall, The Energi Building, SCBD, Jakarta, Kamis (17/8/2023) .
Konser berkonsep pergelaran ‘kolaboratif’ musik itu terdiri dari dua sesi. Yang pertama, sesi sajian musik orkestratif, dan sesi kedua adalah performance musik kontemporer kekinian. Sesi pertama menampilkan tiga penampil, yakni penyanyi seriosa wanita senior Indonesia; sopran Aning Katamsi, dan penyanyi seriosa pria bersuara tenor Farman Purnama, serta pianis muda bertalenta yang berkebutuhan khusus, Michael Anthony. Sesi kedua, sebagai penampil adalah Andien dan New Chaseiro asuhan musisi jazz senior, Candra Darusman.
Konser musik malam kemerdekaan dibuka dengan suara dentingan dan nada ‘crescendo’ instrumen harpa yang dimainkan harpais Lisa G Supadi. Bunyi harpa menjadi intro sajian lagu nasional ‘Bagimu Negeri’ karya Kusbini. Lagu pembuka konser dinyanyikan bersama, duo penyanyi Aning Katamsi dan Farman Purnama. Lagu ‘Bagimu Negeri’ merepresentasikan rasa bersyukur Indonesia yang sudah merdeka, dan kini saatnya untuk berbagi mengisi kemerdekaan, untuk bagimu negeri.
Dalam sambutannya, Presiden Direktur Medco Energi International Hilmi Panigoro mengatakan pergelaran pada malam itu lebih dari sekadar perayaan kemerdekaan, tetapi pada esensinya adalah wujud apresiasi melalui musik dalam mengisi kemerdekaan. Pergelaran didedikasikan untuk para pejuang kemerdekaan.
“Kita sudah 78 tahun merdeka setelah melalui perjuangan panjang. Kini saatnya kita mengisi kemerdekaan. Saatnya para pelaku ekonomi kreatif, para musisi perform memberi sajian sumbangsih bagimu negeri,” tambah Dedi Syahrir Panigoro.
Malam itu, Aning Katamsi dan Farman Purnama, perform bergiliran masing-masing melantunkan lagu-lagu nasional ‘Lukisan Tanah Air’ karya Oesman Efendi, dan ‘Simponi Raya’ karya Guruh Soekarno Putra (GSP) yang disambung ‘Sarinande’ karya Nicholas M Mamahit. Mereka kembali berduet menyanyikan lagu ciptaan Ismail Marzuki, ‘Rayuan Pulau Kepala’ dan ‘Indonesia Jiwaku’ karya GSP. Aning mengajak hadirin tetap bersemangat, membawakan lagu perjuangan karya Titik Puspa, ‘Pantang Mundur’ sebelum tampil berduet menutup sesi pertama konser dalam lagu ‘Indonesia Jiwaku’.

‘Sepasang Mata Bola’ dan ‘Indonesia Pusaka’ dari Michael
Salah satu penampil sesi pertama dalam konser kemerdekaan malam itu, Michael Anthony (20 tahun), pianis (autis, difabel, tuna-netra) muda bertalenta. Didampingi guru pianonya, Michael tampil ke atas panggung untuk ikut unjuk kemahiran bermain piano. Michael tampil bersama pemusik orkestra dipimpin konduktor Asep Hidayat Wirayudha. Michael dan orkestra membawakan lagu nasional ‘Sepasang Mata Bola’ karya komposer nasional Ismail Marzuki.
Kolaborasi permainan piano Michael yang suka berimprovisasi dengan Orkes Kamar Jayakarta seperti memberi nuansa “ketidaklaziman” dalam pertunjukan musik orkestra. Namun hal itu tidak membuat suatu hal yang mengganggu. Melainkan justru memberi kesegaran untuk sebuah musik pertunjukan, dan sebagai wujud interpretasi musik yang bersifat universal.
Michael yang biasa bermain piano dengan sentuhan improvisasi, mungkin ‘agak aneh’ bagi pertunjukan musik kamar klasik yang selalu harus presisi mengikuti pakem. Michael melakukan improvisasi itu di pertengahan lagu saat tampil sebagai solois pada part pianis tunggal, untuk menunjukkan tingkat kemahiran bermain pianonya. Setelah selesai berimprovisasi, dengan kode empat ketukan toet piano dari Michael, pemusik orkestra bersama Michael kembali menuntaskan lagu ‘Sepasang Mata Bola’ secara Orkestratif.
“Inilah salah satu keindahan kolaborasi musik pertunjukan,” tambah Dedi Syahrir Panigoro. pegiat musik pertunjukan dan konser, yang juga memainkan musik jazz.
Malam itu, Michael menambah satu lagu lagi dan tampil sebagai solois tanpa iringan Orkestra. Membawakan lagu nasional ‘Indonesia Pusaka’, Michael lebih bebas mengintrepretasi lagu dengan melakukan improvisasi menyisipkan medley nukilan lagu daerah Maluku ‘Ayo Mama’ dan nukilan lagu semangat nasionalisme ‘Kebyar-Kebyar’ karya Gombloh pada bagian akhir lagu. Michael mendapat respon spontan tepuk tangan berirama dari audience Soehanna Hall, mengikuti ritme lagu dan hentakan tuts piano yang dimainkannya.
Konduktor Asep Hidayat, yang biasa bermain sebagai selois solo, maupun bermain untuk musik orkestra level international, sama sekali tidak mempersoalkan dalam hal Michael berimprovisasi. Asep bahkan memberi ruang kepada pianis muda Michael untuk menunjukkan pencapaian ‘kemahiran’nya memainkan piano setelah berlatih tekun selama lebih dari 15 tahun. Michael sendiri mulai mengenal, bermain piano sejak umur 5 tahun, di bawah bimbingan langsung pelatih dan guru privat pianonya, Ivana, yang juga seorang psikolog.
Pencapaian musikalitas bermain piano Michael telah teruji. Selain bermain di Tanah Air, dia juga sudah membagikan talentanya di manca negara, antara lain sudah perform ke Korsel, Singapura, Malaysia, dan Australia. Michael sudah beberapa kali bermain satu panggung dengan public figure nasional maupun international. Salah satu di antaranya, bermain satu panggung bersama Iskandar Widjaja, violis Jerman kaliber internasional asal Indonesia.
Michael Anthony, yang lahir dan besar di Jakarta ini juga biasa berkompetisi dan tampil di berbagai festival piano internasional, dan sudah memenangi beberapa penghargaan dalam kategori kebutuhan khusus dalam ajang kompetisi umum (bukan berkebutuhan khusus).
Musik Lintas Genre
Menurut Candra Darusman, musisi jazz senior, pentolan grup band Chaseiro era 1970-80an, musik Indonesia luas sekali, ada musik tradisi, ada jazz, dan lainnya. Itu sesuai dengan ke’bhinneka-tunggal ika-annya. musik pun banyak genre-nya.
Candra Darusman, direktur musik ‘Konser Kemerdekaan RI 2023’ pada pergelaran konser malam itu mengungkapkan, babak pertama konser sebagai representasi peringatan perjuangan kemerdekaan. Dan sesi kedua sebagai ruang bagi para pemuda mengisi kemerdekaan. “Sesi pertama musik kemerdekaan. Sesi kedua, musik mengisi kemerdekaan,” papar Candra, yang juga eksekutif yayasan AMI itu.
Pada sesi kedua konser, Candra Darusman perform, bermain piano berduet bersama generasi muda, penyanyi jazz pop wanita Indonesia dari generasi milenial, Andini Aisyah Haryadi yang lebih dikenal dengan nama Andien.
Diawali dengan pukulan stacato drum disambut suara hembusan lembut saksofon dan permainan piano Candra, Andien membawakan lagu ‘Pesta’ yang berirama rancak, karya Candra. Andien mengeksplorasi vocal pada lagu kedua ‘Juwita Malam’ karya Ismail Marzuki, dan sangat kental rasa musikalitas jazzy-nya. Candra dan Andien mendapat sambutan hangat audience Soehanna Hall malam itu.
New Chaseiro
Penampil berikutnya pada sesi kedua, adalah New Chaseiro, kumpulan musisi muda berbakat dari ‘Generasi Z’ asuhan Candra Darusman. New Chaseiro sebagai penerus Chaseiro band era 80-an yang dimotori Candra Darusman. New Chaseiro digawangi empat para muda, Rafi Sudirman (saksofon, vocal). Albert Fakdawer (vocal), Kafin Sulthan (keyboard, vocal), dan Rega Dauna (harmonika).
Empat paramuda diiringi Candra band menguasai panggung membawakan tiga lagu beruntun, ‘Jika Saja’ karya Kafin dan Rafi, ‘Shy’ karya Rizali, dan ‘Fantasi’ karya Rega dan Kafin. Lagu-lagu New Chaseiro beraroma genre musik kekinian, berbasis pada perpaduan sound keyboard, saksofon dan harmonica. Audience menyambut hangat performa para musisi muda ini.
Lagu-lagu dan perfomance New Chaseiro malam itu mendapat apresiasi sang mentor Candra Darusman. Candra kembali ikut bergabung naik ke panggung dan bernyanyi bersama New Chaseiro membawakan lagu ciptaannya, ‘Ceria’. Ketika giliran New Chaseiro turun panggung, Candra melanjutkan perform bersama band. Candra membawakan lagu karyanya ‘Kekagumanku’. Lagu ini dicipta terinspirasi dari pengalaman pribadi atas perempuan yang dia kagumi.
Candra & band melanjutkan perform berkolaborasi bersama Orkes Kamar Jayakarta pimpinan Asep membawakan lagu ‘Pemuda’, salah satu karya ‘masterpiece’ band Chaseiro era 80-an. Konser kemerdekaan mendekati puncak pergelaran, Candra bermain piano, vokalis Aning Katamsi dan Farman Purnama bersama Orkes berkolaborasi menyajikan lagu ‘Syukur’ karya Husein Mutahar.
Sebagai penutup konser, dengan diiringi band dan orkestra, seluruh artis penampil lintas genre, dengan penuh semangat dan kegembiraan, naik panggung bersama menyanyikan lagu ‘Bendera’ karya Kikan Namara (band Coklat). Sebagai generasi penerus pengisi kemerdekaan, mereka para penampil malam kemerdekaan itu berkolaborasi berseru, “Merah putih teruslah kau berkibar.. di ujung tiang tertinggi, di Indonesiaku ini.. Merah putih teruslah kau berkibar.. Ku akan selalu menjagamu..” (esp)
Discussion about this post