Avesiar – Jakarta
Kelompok Hizbullah mengklaim telah melukai sekitar 2.000 tentara Israel dalam serangan di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel dalam tiga bulan terakhir. Pernyataan tersebut, dikutip dari The New Arab, Senin (8/1/2024), disampaikan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dalam pidatonya pada hari Jumat.
Sehari setelah serangan mendadak kelompok Palestina Hamas di Israel selatan, Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam pertempuran lintas batas sejak 8 Oktober 2023.
Pertempuran antara Israel dan Hizbullah secara bertahap meningkat menjadi serangan roket saling balas. Hizbullah telah kehilangan 129 pejuang, menurut angka yang dikeluarkan kelompok itu sendiri, sementara Israel mengatakan mereka telah kehilangan sembilan tentara.
Nasrallah mengutip rumah sakit di Israel utara serta pengamatan para pejuang Hizbullah di sepanjang perbatasan untuk menyampaikan angka tersebut, dan mengklaim bahwa para pejabat Israel menyembunyikan jumlah korban sebenarnya.
“Akhir-akhir ini mereka mulai berbicara tentang jumlah korban tewas dan luka-luka, namun ini bukanlah angka sebenarnya. Banyak ahli di Israel mengatakan bahwa kenyataannya angka tersebut tiga kali lebih tinggi,” kata Nasrallah.
Dia juga memberikan angka jumlah serangan yang dilakukan Hizbullah, mengklaim kelompok Lebanon tersebut telah melakukan lebih dari 670 operasi selama tiga bulan terakhir.
Nasrallah mengatakan bahwa seluruh 48 menara pengawasan Israel di sepanjang perbatasan telah menjadi sasaran serangan Hizbullah, yang mengakibatkan kerugian finansial “ratusan juta”, serta hilangnya kapasitas pengawasan oleh Israel.
Ditambahkannya, akibat aktivitas Hizbullah di perbatasan selatan Lebanon, Israel terpaksa mengalihkan sumber daya dari operasi militernya di Gaza. Pengungsian puluhan ribu warga dari rumah mereka di Israel utara juga menambah beban politik dan ekonomi bagi pemerintah Israel.
Pidato hari Jumat tersebut adalah yang kedua kalinya Nasrallah berbicara kepada para pendukungnya sejak pembunuhan Israel terhadap pejabat tinggi Hamas Salah al-Arouri di pinggiran selatan Beirut pada 2 Januari.
Nasrallah sekali lagi memperingatkan bahwa respons terhadap pembunuhan tersebut akan terjadi, tanpa merinci kapan atau bagaimana pembalasan akan dilakukan.
Hizbullah dan Israel terlibat perang berdarah pada tahun 2006, yang menyebabkan ribuan warga Lebanon meninggalkan rumah mereka karena pemboman udara besar-besaran oleh Israel. (ard)
Discussion about this post