Avesiar – Jakarta
Pembalasan Iran terhadap Israel atas pemboman yang dilakukan pada konsulat Iran di Damaskus, yang menewaskan tujuh penjaga revolusi, termasuk dua jenderal, dikutip dari Arab News, Selasa (16/4/2024), menurut Iran adalah sejalan dengan Pasal 51 Piagam PBB.
Disebutkan bahwa Iran mengatakan serangan hari Sabtu (13/4/2024), sejalan dengan Pasal 51 Piagam PBB, yang menyebutkan “hak yang melekat untuk membela diri secara individu atau kolektif jika terjadi serangan bersenjata terhadap Anggota PBB, sampai Dewan Keamanan mengambil tindakan yang diperlukan. untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional.”
Pernyataan mereka menegaskan tidak berniat terlibat secara militer dengan AS di wilayah tersebut. Namun, mereka akan “menggunakan hak yang melekat padanya untuk merespons secara proporsional” jika AS memulai operasi militer terhadap AS, warga negaranya, atau kepentingan keamanannya.
Perwakilan tetap Iran untuk PBB Amir Saeid Iravani, mengatakan pada pertemuan Dewan Keamanan organisasi tersebut pada Ahad (14/4/2024), bahwa serangan negaranya terhadap Israel “tepat, hanya menargetkan tujuan militer dan dilakukan dengan hati-hati untuk meminimalkan potensi eskalasi dan mencegah kerugian sipil. .”
Iran telah memperingatkan Israel akan “dihukum” atas serangan yang terjadi pada 1 April tersebut.
Adalah perwakilan tetap Israel untuk PBB, Gilad Erdan, yang meminta pertemuan darurat pada Ahad (14/4/2024), yang menyerukan kepada anggota dewan untuk “dengan tegas mengutuk Iran (dan) segera bertindak dengan menunjuk IRGC sebagai organisasi teroris.”
Pada kesempatan itu, duta besar AS Robert Wood memperingatkan bahwa “jika Iran atau proksinya mengambil tindakan terhadap Amerika Serikat atau tindakan lebih lanjut terhadap Israel, Iran akan bertanggung jawab.”
Ia mengutuk keras “serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel oleh Iran dan proksi serta mitra militannya”.
“Tindakan sembrono Iran tidak hanya menimbulkan ancaman bagi penduduk di Israel, tetapi juga bagi negara-negara anggota PBB lainnya di kawasan, termasuk Yordania dan Irak,” katanya.
Diplomat itu menambahkan: “Dewan Keamanan mempunyai kewajiban untuk tidak membiarkan tindakan Iran tidak dijawab. Sudah terlalu lama Iran secara terang-terangan melanggar kewajiban hukum internasionalnya melalui tindakan IRGC, dengan mempersenjatai Hizbullah, dengan mempersenjatai, memfasilitasi dan memungkinkan serangan Houthi terhadap Arab Saudi dan UEA dan, baru-baru ini, pelayaran dagang dan komersial di wilayah Laut Merah.”
Wood juga menuduh Iran terlibat dalam serangan 7 Oktober terhadap Israel, karena telah memberikan “dana dan pelatihan yang signifikan untuk Hamas.”
Dia mengatakan AS akan menjajaki “langkah-langkah tambahan untuk meminta pertanggungjawaban Iran di PBB,” dan meminta Dewan Keamanan untuk secara tegas mengutuk tindakan Iran dan menyerukan “dan mitra serta proksinya untuk menghentikan serangan mereka.”
Pernyatann datang dari Gilad Erdan perwakilan Israel yang membandingkan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dengan Hitler. Dia mengatakan bahwa dalam “rencananya untuk memaksakan hegemoni Syiah global melalui proksinya, Iran bahkan telah menyerang Arab Saudi, ladang minyak Aramco di UEA, dan siapa pun yang mereka anggap sebagai penghalang.”
Kepada DK PBB dia mengatakan: “Satu-satunya pilihan adalah mengutuk Iran dan menggunakan segala cara yang diperlukan untuk membuat mereka membayar harga yang mahal atas kejahatan mengerikan yang mereka lakukan,” dan memperingatkan bahwa Teheran “berusaha mencapai kemampuan nuklir, telah memperkaya uranium hingga kemurnian 60 persen, dan waktu terobosannya untuk memproduksi senjata nuklir kini tinggal beberapa minggu lagi.”
“Menjatuhkan sanksi terhadap Iran sebelum terlambat,” kata Erdan, seraya menambahkan: “Kami ditembaki dari semua lini, dari setiap perbatasan. Kita dikelilingi oleh proksi teror Iran. Perang di Gaza jauh lebih luas dibandingkan perang Israel dan Hamas. Semua kelompok teror yang menyerang Israel adalah tentakel dari gurita Syiah yang sama, yaitu gurita Iran.”
Dengan sesumbar perwakilan Israel tersebut memperingatkan bahwa “meskipun rezim Ayatollah menganggap Israel adalah katak dalam air mendidih, mereka salah. Serangan ini melanggar setiap garis merah dan Israel mempunyai hak hukum untuk membalas. Kita adalah bangsa singa. Menyusul serangan besar-besaran dan langsung terhadap Israel, seluruh dunia – apalagi Israel – tidak bisa diam saja.”
Lain halnya dengan Vasily Nebenzia dari Rusia menuduh dewan tersebut munafik dan berstandar ganda atas kegagalannya untuk bersidang dengan cara yang sama setelah serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, atau apa yang disebutnya sebagai “serangan rutin Israel terhadap Suriah dan Lebanon.”
Vasily memperingatkan: “Jika kelambanan dewan mengenai masalah tersebut terus berlanjut, maka seruan Anda untuk menahan diri oleh semua pihak akan menjadi sia-sia.”
Sedangkan wakil tetap Tiongkok Dai Bing mencatat pernyataan Iran bahwa tindakan militernya adalah respons terhadap agresi Israel dan “masalahnya dapat dianggap selesai.”
Ditambahkannya,jika kobaran api konflik Gaza dibiarkan terus berkobar, dampak buruknya akan semakin menyebar, sehingga menjadikan wilayah tersebut semakin tidak stabil. Negara-negara dan masyarakat di Timur Tengah tidak mempunyai keinginan, dan juga tidak sanggup menghadapi konflik atau perang yang lebih besar.
Wakil perwakilan tetap Aljazair Nacim Gaouaoui, mengatakan perkembangan terakhir tidak dapat mengesampingkan pertanyaan utama “yaitu agresi terhadap rakyat Palestina di Gaza, dan pada saat yang sama, hal tersebut tidak dapat digunakan sebagai dalih atau kedok untuk melancarkan serangan darat melawan Rafah. Aljazair kembali menyerukan gencatan senjata dan diakhirinya mesin pembunuh keji Israel.”
Beberapa perwakilan negara lainnya juga memberikan pernyataannya masing-masing secara pro dan kontra sesuai dengan keberpihakan, baik secara hak membela dan kemanusiaan, serta kepentingan politik negara masing-masing. (put)
Discussion about this post