KAMU KUAT – Jakarta
Kamu merasa malu karena pernah gagal? Atau merasa seperti tidak berguna hanya karena hasil yang kamu harapkan tak sesuai kenyataan? Jika iya, kamu nggak sendirian. Banyak remaja mengalami hal yang sama.
Kegagalan sering kali dianggap sebagai akhir dari segalanya. Padahal sejatinya itu hanyalah bagian dari proses belajar dan bertumbuh. Kita hidup di zaman yang serba cepat, di mana pencapaian sering ditampilkan secara berlebihan di media sosial. Kita melihat teman-teman sukses, postingan prestasi, dan pencapaian luar biasa, lalu secara tidak sadar membandingkan diri.
Namun, jarang ada yang mau menunjukkan jatuh bangunnya, air mata di balik layar, dan rasa sakit di saar gagal. Padahal, semua orang hebat, semua tokoh besar, semua pahlawan yang kita kagumi hari ini pernah gagal berkali-kali. Gagal bukanlah hal yang memalukan. Yang memalukan adalah ketika kita berhenti mencoba karena takut dinilai orang lain.
Sahla Mualifa, siswi kelas 7, SMP Negeri 2, Kota Bogor

Gagal itu menyakitkan. Tapi dari kegagalan, kita bisa belajar banyak hal. Hal itulah yang dirasakan oleh Sahla Mualifa Khadera, siswi kelas 7 dari SMP Negeri 2 Kota Bogor. Di usianya yang masih sangat muda, Sahla sudah merasakan pahitnya kegagalan, sekaligus manisnya bangkit dan terus berjuang.
“Aku pernah mengalami kegagalan di lomba pramuka. Waktu itu rasanya sedih, kecewa, marah, dan nggak terima,” cerita Sahla jujur.
Tapi di balik kekecewaan itu, ada cahaya semangat yang tetap menyala. “Aku juga merasa senang karena teman-teman aku ada yang juara. Aku jadi sadar bahwa kegagalan itu adalah kunci dari kemenangan.”
Sikap dewasa dan penuh refleksi itu membuat Sahla bisa melihat sisi positif dari situasi yang sulit. Dia percaya, untuk menjadi juara, setiap orang pasti pernah terjatuh dulu. “Untuk jadi juara, semua orang pasti pernah jatuh terlebih dahulu,” katanya penuh makna.
Lalu, apa yang membuat Sahla bisa bangkit lagi? “Dukungan dari orang tua, keluarga, guru, sahabat, dan teman-temanlah yang bikin aku semangat lagi. Guru aku juga masih kasih aku kesempatan buat ikut lomba lagi,” jawabnya penuh rasa syukur. Reaksi orang-orang di sekitarnya juga sangat mendukung, tak peduli ia kalah atau menang.
Dari pengalamannya, Sahla belajar satu hal penting, berani mencoba lagi. “Aku jadi bisa bangkit dan berani mencoba sesuatu yang baru,” ucapnya.
Ia juga membedakan dua tipe orang saat gagal. “Orang yang gagal lalu menyerah itu biasanya mudah putus asa dan nggak punya prinsip. Tapi orang yang gagal dan terus mencoba itu adalah orang yang sedang mengembangkan diri untuk jadi lebih baik.”
Sahla berbagi pesan yang menyentuh dan bisa jadi penyemangat untuk semua remaja, “Tetap semangat dan jangan pernah putus asa. Kesal, sedih, dan marah itu lumrah, tapi jangan berlarut. Kita sebagai remaja harus punya prinsip dan semangat yang nggak boleh surut.”
Elvin Azkiyya Ghina, siswi kelas 7, SMP Negeri 7, Kota Bogor

Bagi sebagian orang, kegagalan bisa terasa seperti akhir dari segalanya. Tapi tidak begitu bagi Elvin Azkiyya Ghina, siswi kelas 7 dari SMP Negeri 7 Kota Bogor. Elvin justru menjadikan kegagalan sebagai alasan untuk terus melangkah dan berusaha lebih keras.
“Aku pernah gagal mendapatkan juara dalam lomba. Waktu itu rasanya kecewa karena hasilnya nggak sesuai harapan. Aku mencoba untuk terus berlatih agar berhasil,” ujar Elvin jujur.
Di balik semangatnya, ada dukungan besar dari orang-orang terdekat yang menjadi bahan bakar motivasi Elvin. “Yang membuat aku bangkit lagi adalah orang-orang di sekitarku yang terus mendukung dan menasihati aku untuk tetap berusaha,” ungkapnya.
Bagi Elvin, dukungan itu sangat penting. Ia merasa lebih kuat dan tidak sendirian dalam menghadapi kegagalan. Dengan semangat yang tak padam, Elvin terus berlatih agar mendapatkan hasil yang lebih baik di kesempatan berikutnya.
Elvin juga punya pandangan bijak tentang perbedaan antara orang yang menyerah dan yang terus maju setelah gagal. “Kalau gagal tapi terus maju, itu tandanya orang itu sungguh-sungguh dan punya sikap positif dalam menghadapi kegagalan. Mereka bisa belajar dari situ. Tapi kalau menyerah, itu artinya dia tidak punya sikap pantang menyerah.” tutup Elvin
Alsya Dewi Adellifa, siswi kelas 9, SMP Rimba Teruna, Kota Bogor

“Aku pernah gagal dalam lomba, nggak dapat juara. Tapi aku tetap berjuang untuk menampilkan yang terbaik,” katanya penuh semangat.
Kegagalan memang menyakitkan, tapi dukungan dari orang terdekat bisa menjadi cahaya di tengah kekecewaan. “Ibuku, ayah, dan kakakku yang pertama menyemangatiku. Mereka memberi dukungan dan solusi,” ujarnya.
Dari pengalaman pahit itu, dia belajar sesuatu yang sangat penting: percaya pada proses. “Aku belajar caranya untuk percaya pada proses. Aku berjuang dan terus belajar, terus berlatih,” tambahnya.
Saat ditanya apakah kegagalan itu memalukan, jawabannya tegas: “Tidak! Karena aku tidak cepat putus asa.” Bahkan, ia menolak untuk takut mencoba lagi meski pernah gagal.
Ia juga membedakan dua tipe orang saat menghadapi kegagalan. “Kalau orang gagal lalu tidak bangkit lagi, ya dia berhenti. Tapi yang gagal terus maju itu bangkit, bangkit, dan terus bangkit sampai berhasil.”
Pesan terakhirnya sangat menyentuh dan penuh energi, “Ayo bangkit kawan! Karena kegagalan itu awal dari keberhasilan.”
Sikapnya membuktikan bahwa kekuatan terbesar seorang remaja bukan terletak pada hasil, tapi pada keberanian untuk mencoba lagi dan tidak menyerah.
Kegagalan bukan musuh, tetapi guru yang mengajarkan pelajaran paling berharga dalam hidup. Ia mengajarkan ketangguhan, kesabaran, dan keikhlasan. Tak ada kesuksesan sejati tanpa kegagalan di dalamnya.
Terus bangkit, terus belajar, dan percayalah bahwa Tuhan menyimpan rencana indah untuk setiap usaha yang kamu lakukan, meski hasilnya belum tampak hari ini. Gagal itu wajar, menyerah itu pilihan. Maka, jadilah remaja yang tangguh gagal boleh, tapi jangan pernah berhenti melangkah. (Resty)
Discussion about this post