Avesiar – Jakarta
Badan pangan PBB pada Jum’at (6/1/2023), menyebut bahwa harga pangan dunia mereda pada Desember menandai penurunan kesembilan bulan berturut-turut, tetapi naik lebih dari 14 persen pada 2022 dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai level tertinggi sejak pencatatan dimulai, dilansir The New Arab yang mengutip Reuters.
Indeks harga pangan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), yang melacak harga internasional dari komoditas pangan yang paling diperdagangkan secara global, rata-rata 132,4 poin bulan lalu dibandingkan dengan revisi 135,00 poin untuk November.
Angka November sebelumnya diberikan sebesar 135,7 poin.
Untuk tahun 2022 secara keseluruhan, indeks benchmark rata-rata mencapai 143,7 poin, naik 18 poin atau 14,3 persen dari tahun 2021, dan tertinggi sejak pencatatan dimulai pada tahun 1990.
Penurunan indeks pada bulan Desember didorong oleh penurunan tajam harga minyak nabati internasional, bersama dengan beberapa penurunan harga sereal dan daging, tetapi dimitigasi oleh sedikit kenaikan pada gula dan produk susu, kata FAO.
Harga makanan melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari tahun lalu di tengah kekhawatiran akan gangguan perdagangan Laut Hitam. Mereka memperoleh keuntungan sebagian karena saluran ekspor biji-bijian yang didukung PBB dari Ukraina.
FAO mengatakan tahun lalu bahwa biaya impor makanan pada tahun 2022 akan membuat negara-negara termiskin mengurangi volume pengiriman.
Indeks harga makanannya terdiri dari rata-rata indeks harga daging, susu, sereal, minyak sayur dan gula, ditimbang dengan pangsa ekspor rata-rata masing-masing kelompok untuk 2014-2016, katanya. (ard)
Discussion about this post