Pertarungan Stereotipe
Penemuan-penemuan ini konsisten dengan hipotesis kesamaan gender, yang menempatkan bahwa fungsi anak laki-laki dan perempuan memiliki kebiasaan yang sama pada hampir semua aspek pengetahuan.
Hipotesa-hipotesa ini dikembangkan lebih dari satu decade oleh seorang psikolog bernama Janet Shibley Hyde, PhD. Ketika Hyde dan rekan-rekan mengulas literatur dari penelitian pada kemampuan matematika tersebut, mereka menemukan bahwa anak laki-laki dan perempuan cenderung tampil hampir sama.
Namun, mereka juga menemukan bahwa anak perempuan cenderung percaya mereka kurang kompeten pada matematika dibandingkan anak laki-laki. Anggapan ini lazim di antara para orang tua dan guru juga.
“Ada sebuah stereotip terkenal yang menyatakan bahwa wanita dan anak perempuan tidak sepandai pria dan anak laki-laki dalam matematika dan sains, dan itu terserap dalam budaya kita,” ujar Bettina Casad, PhD, asisten professor bidang prilaku dan ilmu saraf di University of Missouri – St. Louis kepada Healthline.
Dia menambahkan bahwa hal tersebut membuat wanita dan anak perempuan tidak merasa diuntungkan karena mereka berjuang melawan sebuah stereotip budaya yang ada.
Kecemasan pada Matematika
Stereotip-stereotip gender dan prasangka mungkin menciptakan fakta bahwa anak perempuan lebih suka mengalami kecemasan pada matematika, atau kuatir dalam mengerjakan matematika.
“Ada bukti yang bagus bahwa kecemasan membuat kemampuan memori tidak berfungsi maksimal dan menghentikan orang melakukan yang terbaik saat mengerjakan matematika,” terang Julianne Herts, kandidat doktor di bidang psikologi kognitif dan penelitian pada laboratorium pengembangan kognitif Universitas Chicago.
Ketika para orang tua dan pengajar menampilkan kecemasan matematika mereka, hal ini juga membentuk prilaku dan prestasi dari anak-anak di sekitar mereka. Dengan cara ini, beberapa Ibu dan pengajar wanita mungkin secara tidak sengaja menularkan kecemasan matematika mereka kepada anak perempuan generasi muda.
“Ketika Anda terlihat cemas pada matematika, ketika Anda ragu pada kemampuan matematika Anda, anak-anak akan memperhatikan hal ini dan membentuk ketertarikan dan pencapaian mereka,” kata Jane Hutchison, kandidat doktor psikologi dan juga anggota Math Brain Lab di Georgetown University.
Ditambahkannya, bahwa terdapat riset yang memperlihatkan bahwa ketika seorang pengajar wanita secara khusus memperlihatkan kecemasan pada matematika, murid-murid perempuan mereka akan kurang berminat mengerjakan tugas matematika dengan baik. (ave)
Berita asli dapat dibaca pada :
https://www.healthline.com/health-news/seriously-girls-are-just-as-good-as-boys-at-doing-math#What-parents-can-do-
Discussion about this post