Avesiar – Yogyakarta
Ustaz Dr H Adi Hidayat, Lc., MA, yang juga Wakil Ketua I Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menegaskan bahwa mazhab bukan sebuah kelompok, akan tetapi sebagai sebuah hal yang dicenderungi untuk diambil.
Hal tersebut dikatakannya saat menjadi pembicara dalam Pengajian Ramadhan 1444 H PP Muhammadiyah, di Gedung Ar Fachrudin, Unit B, Lantai 5, Kampus Terpadu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (25/3/2023), dikutip dari Suara Muhammadiyah.
“Mazhab bukanlah sebuah kelompok. Jika didefiniskan, mazhab merupakan apa yang dicenderungi untuk diambil. Karena jika kita lihat sejarahnya, Rasulullah di semasa hidupnya telah mengajarkan semua hal terkait Islam. Setelah beliau wafat, baru kemudian umat Islam berpencar ke empat wilayah besar dan ada 130 sahabat nabi yang berfatwa di berbagai wilayah ini,” terangnya.
Karena, lanjutnya, tidak mungkin untuk mengajarkan sekaligus mempraktekkan keempat mazhab sekaligus. “Kita harus memilih salah satu, dan ketika kita sudah memilih, itulah yang disebut dengan mazhab,” tegas Ustaz Adi Hidayat.
Menurut Alumni Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Garut, Jawa Barat ini ada beberapa opsi untuk mengejawantahkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sosial bermasyarakat atau sering disebut dengan Manhaj.
Kemudian, di sisi lain ketika ada seorang muslim memilih salah satu opini di antara pilihan perspektif yang telah tersedia, maka ini disebut dengan Mazhab. Pada saat ceramahnya, Adi Hidayat menegaskan mazhab bukan sebuah kelompok, akan tetapi sebagai sebuah hal yang dicenderungi untuk diambil.
Ustaz Adi Hidayat juga mengatakan juga, bahwa agama Islam sebagai agama paripurna yang sudah ada sejak Nabi Adam As turun ke muka bumi untuk pertama kalinya. Sebagai sebuah agama paripurna, niscaya Islam menjadi pedoman autentik bagi umat Islam agar tidak tersesat di dalam menjalani aktivitas sehari-hari di tengah luasnya rimba kehidupan.
Dengan telah menjadi pedoman, menghendaki umat Islam untuk menjalani agama ini dengan baik dan benar sesuai tuntunan yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
“Islam sebagai ad-diin ditetapkan oleh Allah bersanding dengan pedoman bagaimana menjalani Islam dengan baik. Kalau dikerjakan dengan baik sesuai pedoman yang telah ditetapkan, maka kata Allah akan dijamin seluruh desain kehidupan di bumi akan berlangsung menenangkan dan menyenangkan,” ujarnya.
Setelah generasi Nabi Adam berakhir, maka muncul keturunan sebagai generasi Bani Adam yang seiring dengan berjalannya waktu, menjadi beregenerasi di mana muncul keturunan-keturunan yang berbentuk komunal. Ada dari bentuk masyarakatnya baik bersuku-suku maupun sosial kemasyarakatannya.
“Setiap berganti generasi, Allah tetapkan fitrah kehidupan yang sama saat Adam As diturunkan ke bumi. Di mana harus ada pedoman hidupnya yang mengantarkan kepada ketenangan dan kesenangan dan berada di dalam frame Islam,” jelasnya.
Maka sejak Nabi Adam sampai kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang mana masing-masing dari mereka memiliki kitab-kitabnya sendiri. Satu hal penting adalah kitab ini tidak hanya sekadar sebagai bacaan semata, tetapi di dalamnya ada sebuah syari’at untuk membangun hubungan vertikal dengan Allah (habl min allah) serta manhaj bagaimana menata kehidupan pada era itu.
Semua nabi bahkan rasul harus menjalani seluruh perintah Allah yang terdapat di dalam Al-Qur’an sesuai dengan kesanggupannya. “Tidak mungkin Allah memberikan suatu pedoman, perintah, dan petunjuk yang hamba-Nya tidak mampu untuk melakukannya. Karena itu dalam Al-Qur’an ditegaskan bahwa Allah tidak akan membebani umat-Nya melainkan sesuai dengan kesanggupannya,” kata dia. (dwi)
Discussion about this post