Avesiar – Jakarta
Peran wanita dalam pelestarian lingkungan hidup di Indonesia cukup diperhitungkan. Seperti keterlibatan wanita satu ini, terutama pada penanaman Mangrove.
“Buat saya lingkungan itu sangat penting untuk dijaga dan dilestarikan. Karena kita tak bisa lepas dari lingkungan yang diibaratkan mata uang, bolak-baliknya saling terkait. Artinya kita hidup di dalam lingkungan tidak sendirian. Siapa lagi yang menjaga lingkungan kalau bukan kita,” ungkap Chintya Dian Astuti, Wakil Ketua Komite Tetap Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian DAS, Hutan Lindung dan Mangrove KADIN, membuka percakapan dengan Avesiar usai menjadi pemateri di Yayasan Kehati, Jakarta, pada Rabu (31/5/2023).
Sejatinya, wanita enerjik berambut panjang sebahu itu, baru sekitar tahun 2015 berkecimpung di bidang Environment khususnya Mangrove, setelah sebelumnya berkecimpung di dunia retail. Namun sebelum perjalanannya sampai ke “dunia Mangrove”, di tahun 2010 wanita yang telah memiliki 3 putra ini berada di bagian pemberdayaan masyarakat.
Chintya kala itu sudah melihat bagaimana kondisi masyarakat tertinggal di daerah pesisir pantai yang serba kekurangan, padahal di kota-kota besar lainnya bisa hidup dengan enak dengan bermacam fasilitas. Sedangkan di daerah-daerah pesisir itu dirinya tak melihat terpenuhinya segala kebutuhan masyarakat pesisir karena sumber dayanya yang sudah hilang, salah satunya akibat pengelolaan Mangrove yang belum maksimal.
Konsen Ke Mangrove
Setelah lima tahun berkecimpung di pemberdayaan masyarakat dan community, Chintya beralih ke Environment khususnya Mangrove. “Hal ini semata-mata agar ilmu yang saya pelajari bisa terpakai di masyarakat, ” demikian ujar wanita lulusan Magister Management Universitas Trisakti itu.
Di tahun 2015 itulah kemudian Chintya konsen ke Mangrove hingga saat ini. Awal mulanya masuk ke Mangrove ini hanya sebagai partnership atau stakeholder engagement. Padahal saat itu diakuinya, hanya tahu sedikit tentang Mangrove, tidak secara detail.
Saat engagement, di mana kala itu ada pemerintah dan perusahaan, dirinya ditantang untuk membuat satu program yang mudah dijual atau mendapat perhatian lebih cepat oleh korporasi. Saat itulah, wanita yang pernah berkarir di Sampoerna Foundation ini menyampaikan bahwa perusahaan-perusahaan besar yang establish dan sudah masuk ke lantai bursa, konsen terhadap reputasi, salah satunya melalui lingkungan, propert dan ESG (Environmental, Social and Governance). “Ini semua mempertajam dan meningkatkan reputasi mereka, ” katanya.
Jauh sebelum ESG “booming” seperti sekarang, sebenarnya Chintya mengaku telah berhubungan dengan perusahaan-perusahaan. “Saya sudah berusaha untuk connecting the door, memahami apa yang dibutuhkan oleh mereka, program seperti apa yang bisa dikawinkan dengan keinginan mereka terkait dengan lingkungan agar bisa nyambung dengan goals mereka,” lanjutnya.
Dilihat dari sisi NGO, beberapa perusahaan tersebut mengusung konsep planting yang sehabis itu masih dipertanyakan kembali apa langkah selanjutnya. Semestinya harus berkesinambungan tidak hanya sekedar planting. Chintya mengusulkan untuk membuat program end to end.
“Jangan sampai ketika Mangrove ditanam, lalu dicabuti kemudian mati, ditanam lagi dengan Mangrove baru dari pendonor yang baru pula,” terang Chintya.
Bagi Chintya, ekosistem mangrove dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita semua apabila dikelola dengan baik. Oleh karenanya perlu dilakukan berbagai upaya restorasi dan rehabilitasi terhadap ekosistem mangrove yang rusak.
Jangan melihat mangrove itu hanya satu pieces saja tetapi secara keseluruhan mangrove itu berkoloni yang punya banyak spesies yang tak di sembarang tempat bisa hidup.
Chintya bersama KADIN Indonesia, mengusung relevansi program Mangrove KADIN Indonesia dengan regeneratif yang mendukung capaian SDG’s dan International Goals. Program ini juga diharapkan akan berdampak pada sosial dan bisa mendukung keadilan iklim. Selain itu juga mendukung ketahanan hidup masyarakat pesisir. Program ini juga mengusung Prinsip Partisipasi dan FPIC (Free, Prior, Inform and Consent).
Menurut istri dari Achmad Fauzi itu, tidak bisa hanya berbicara tentang planting Mangrove karena tidak bisa hanya melihat berapa banyak yang ditanam.
Di Indonesia ada sekitar 23 spesies mangrove. Potensinya sangat tinggi tetapi kerusakannya juga memiliki potensi yang tinggi pula. Sangat disayangkan bila didiamkan saja. Apalagi mangrove punya carbon storage 3 sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan pohon-pohon yang ada di daratan.
Berdasarkan Peta Mangrove Nasional Indonesia 2021, dari total luasan Mangrove Indonesia seluas 3.364.076 Ha, kondisi Mangrove Lebat memiliki luas 3.121.239 Ha (93 persen), Mangrove Sedang memiliki luas 188.363 Ha (5 persen) dan Mangrove Jarang memiliki luas 54.474 Ha (2 persen).
Masyarakat di pesisir pantai merupakan orang-orang pertama yang terdampak perubahan iklim, suhu dan kondisi perubahan alam. Berbeda dengan yang terjadi pada masyarakat di perkotaan yang hanya merasakan panas saja.
“Terkait dengan Mangrove, program yang saya canangkan di Kadin yaitu restorasi dan rehabilitasi ekosistem Mangrove layak dan butuh perhatian dari semua pihak tidak hanya pemerintah, tetapi juga kalangan pengusaha,” jelas mantan Direktur di Telapak Association ini.
Harapan Atas Pengelolaan Mangrove
Pengelolaan Mangrove yang baik sangat penting untuk bisa meningkatkan standar ekonomi masyarakat sekitar. Semua ini bisa terlaksana jika dilakukan secara bersama-sama, secara bergotong royong.
“Segala sesuatunya, termasuk pengelolaan Mangrove, bila dilakukan secara bersama-sama dan bergotong-royong (collect to action) maka dampak positif yang dihasilkan akan lebih keren, lebih tinggi manfaatnya tak hanya bagi perusahaan pendonor tapi juga bagi masyarakat ketimbang dikerjakan sendiri-sendiri, “ungkap penerima penghargaan Fundraising Challenge dari Yayasan Konservasi Alam Nusantara.
Harapan Chintya ke depan, Mangrove bisa dikelola dengan baik sehingga manfaatnya bisa dirasakan anak cucu. Oleh karenanya pengenalan terhadap Mangrove dilakukan sejak dini.
“Saya terkadang ajak anak-anak ke tempat di mana Mamanya bekerja saat di pesisir di kawasan Mangrove. Dengan begitu bisa membuat anak mengerti kegunaan dan kehidupan serta manfaat Mangrove. Saya juga menawarkan diri untuk bisa menjadi pendamping bagi teman-teman anak saya bila ingin berkunjung ke kawasan Mangrove, agar bisa belajar sambil meng-explore,” beber kelahiran Jakarta, 17 April 1974.
Anak-anak diharapkan juga bisa mengerti bahwa Mangrove itu merupakan tempat yang ideal untuk berkembangbiak biota laut seperti ikan, udang, kepiting, buaya dan lainnya. Bahkan keberadaan Mangrove bisa jadi tempat perlindungan bagi sebagian spesies ikan, misalnya saat berlindung di bawah terik matahari.
“Udang ebi, ikan Kakap, itu banyak hidup di sekitaran koloni Mangrove yang sehat. Ini jadi nilai ekonomis bagi warga sekitar. Semua biota laut itu tidak terkontaminasi polusi masyarakat mengkonsumsinya secara fresh. Misalnya ada masyarakat perkotaan yang terdampak alergi bila mengkonsumsi ikan, udang dan lainnya, saya pastikan ikan, udang dan lainnya yang dikonsumsi itu telah terkontaminasi polusi dan mati berkali-kali. Karena sebelum dikonsumsi kan sudah berkali-kali di masukan ke freezer, “ujar penghobi olahraga lari dan fotografi itu.
Di tengah kesibukannya yang begitu padat, Chintya masih bisa membagi waktu antara hobi dan keluarga. Bahkan bila ada waktu tertentu memungkinkannya bisa berinteraksi dengan anak-anak saat bekerja. Walaupun di hari libur weekend, waktunya tetap untuk keluarga.
Sejak terjadinya Covid-19, sebenarnya menurut Cynthia, aktifitas hobi larinya sedikit berhenti karena adanya pembatasan interaksi. Tapi menurutnya, pandemi ini berdampak baik juga buat dirinya karena menjadi benefit bisa melakukan tugas kerja di manapun berada tanpa batas. Tidak melulu harus berada di satu tempat kerja saja.
“Sampai saat ini saya masih melakukan tugas kerja di mana saja dan tak ada yang terbengkalai. Kerja ke Kadin pun, saya tidak tiap hari datang karena bisa melakukan pekerjaan di satu tempat dalam waktu bersamaan dan dari mana saja,” ujar Chintya yang masih beraktivitas nge-gym tersebut. (yan/ard)
Discussion about this post