Avesiar – Jakarta
Ulahnya yang sering membuat Rasullullah Shallallahu Alaihi Wasallam tertawa, membuat Nu’aiman disabdakan baginda Nabi sebagai berikut,
“Nu’aiman akan masuk syurga sambil tertawa, kerana dia suka membuatku tertawa”.
Sahabat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bernama An-Nuayman bin Amr (An-Nu’aiman ibnu Amr Al-Ansary) atau Nu’aiman, adalah salah seorang sahabat Nabi yang merupakan penduduk Madinah dari kalangan kaum Ansar . Pada waktu perang Badar, dia turut berjihad bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Di kalangan para sahabat, Nu’aiman terkenal sebagai sahabat yang suka bercanda.
Walaupun diketahui beliau berperang dalam peperangan Badar, Uhud, Khandaq dan perang utama yang lain, Nu’aiman kekal sebagai seorang yang berhati ringan, cepat menjawab dan suka bergurau dengan orang lain termasuk Rasulullah.
Tidak ada catatan tentang waktu tepatnya kelahiran sahabat ini. Tetapi sahabat ini meninggal dunia pada tahun 652 M. Beliau berasal dari Bani an-Najjar Madinah dan beliau adalah antara umat Islam yang awal di bandar ini. Beliau adalah salah seorang daripada orang-orang yang berjanji setia kepada Rasulullah pada Perjanjian Aqabah Kedua. Beliau menjalinkan hubungan dengan kaum Quraisy apabila berkahwin dengan saudara perempuan Abdul Rahman ibn Rauf.
Malangnya, Nu’aiman pernah menjadi pemabuk yang ketagih arak semasa zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Beliau telah ditangkap dan Nabi telah memerintahkannya dipukul. Ia ditangkap untuk kedua kalinya dan kemudian dipukul lagi. Karena dia masih belum berhenti dari kebiasaan itu, Nabi mengarahkan supaya dia dipukul dengan sepatu. Apabila semua ini tidak membuatnya jera untuk berhenti minum, Rasulullah akhirnya berkata: “Jika dia kembali (meminum arak), maka bunuhlah dia.”
Pengumuman ini adalah yang dahsyat, dan Umayr, salah seorang sahabat Nabi, memahami jika dia kembali ke minum arak, Nu’aiman akan keluar dari keberadaan Islam dan dihukum mati. Umayr menjadi terlalu marah dan kebencian dengan berkata: “Laknatullah alayhi – semoga Allah melaknatinya”.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang mendengar pernyataan Umayr itu terus berkata, “Jangan, jangan, jangan melakukan (seperti itu). Sesungguhnya dia (yaitu Nu’aiman) seorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Dosa besar (seperti ini) tidak meletakkan seseorang di luar jemaah dan rahmat Allah amatlah hampir dengan orang yang beriman.”
Walaupun tegas, baginda masih menaruh harapan untuk Nu’aiman memperbaiki diri terutamanya disebabkan pengorbanan masa lalu sebagai seorang veteran perang Badar. Oleh kerana ia bukanlah seseorang yang menyembunyikan tindakannya, adalah lebih mudah untuk dia mengakui kekhilafannya dan bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah. Inilah yang ia lakukan dan Nu’aiman mendapat perhatian Nabi serta para sahabat yang menikmati senda gurau dan ketawa yang dibuatnya.
Luwesnya Rasulullah Terhadap Gurauan
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam kadang-kadang juga bergurau senda dengan keluarga dan sahabat baginda.Ummul Mukminin Aisyah R.A berkata: “Jika Rasulullah SAW berada di rumah, dialah orang yang paling murah senyum dan ketawa”.
Ali bin Abi Talib menceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam selalu kelihatan ceria, tenang dan santai, banyak tersenyum di hadapan para sahabat, semangat, dan kagum dengan pembicaraan mereka. Malah kadang kala tertawa sehingga terlihat gigi gerahamnya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam adalah orang yang murah senyum dan berhati bersih. Sebagian sahabat mengatakan bahawa gelak ketawa Nabi hanya sekadar tersenyum, namun sebagian yang lain mengisahkan bahawa kadang kala baginda tertawa sehingga terlihat gigi gerahamnya. Namun yang jelas, ketika tertawa, baginda selalu menutup mulutnya dengan telapak tangan.
Baginda juga berpesan kepada para sahabat untuk sesekali merehatkan jiwa dan hati. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahawa baginda bersabda: “Rehatkanlah hati kamu sesaat demi sesaat, kerana apabila hati telah tumpul (letih) maka ia akan buta”. Pada waktu yang lain, baginda juga bersabda : “Orang yang tidak bergembira dan tidak membuat orang lain gembira, adalah orang yang tidak memiliki kebaikan”.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam banyak menerima candaan Nu’aiman, tetapi dengan perkara yang tidak melampaui batas. Setiap kali candaan Nu’aiman diajukan kepada baginda, baginda akan menyiasat dahulu sebab dilakukan dengan bertanya dan tindak balas baginda terhadap jawapan tersebut menggambarkan keperibadian baginda yang luwes dan penyabar.
Cerita-cerita Lucu Nu’aiman
Sakit Mata
Pada suatu ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengunjungi Nu’aiman yang sedang sakit mata. Rasul melihat ia sedang asyik makan kurma. Baginda kemudian mengajukan pertanyaan kepadanya,
“Apa bisa kamu makan kurma, sedangkan matamu sedang sakit?” Nu’aiman menjawab, “Saya makan menggunakan mata yang satu lagi”.
Mendengar jawapan Nu’aiman ini, Rasul tertawa sehingga kelihatan gigi gerahamnya.
Muslihat Hadiah
Pada suatu hari, Nu’aiman memberi madu kepada Rasulullah SAW sebagai hadiah. Madu itu dibeli daripada orang kampung. Ketika dia memberikan madu itu kepada Rasulullah, dia membawa bersamanya penjual madu tersebut.
Tanpa sepengetahuan Rasulullah, Nu’aiman menyuruh penjual tersebut meminta uang kepada Rasulullah sebagai ganti harga madu itu. Dan ketika Rasulullah SAW sedang membagikan madu itu kepada para sahabat yang hadir di rumahnya, penjual tersebut berteriak, “Bayarlah harga maduku itu?”
Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berkata, “Ini pasti ide Nu’aiman”. Kemudian Rasulullah memanggilnya dan bertanya, “Mengapa kamu lakukan hal ini?”
Nu’aiman menjawab, “Saya ingin mendapatkan kebaikanmu wahai Rasulullah. Saya tidak mempunyai apa-apa (uang untuk membeli hadiah itu)”.
Rasulullah pun tersenyum dan orang sekeliling baginda turut tertawa dan akhirnya baginda memberi uang kepada penjual tersebut.
Di sini dilaporkan Nu’aiman mendapat dua kebaikan yaitu dengan Rasulullah dan orang sekeliling baginda menikmati hidangan yang enak dan menggembirakan orang lain.
Sembelihan
Ada seorang lelaki datang dari kampung dan ingin menghadap Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam (kemudian masuk ke dalam Masjid). Dia meninggalkan unta hewan tunggangnya di halaman. Ada sebagian sahabat yang berkata kepada Nu’aiman,
“Sembelihlah hewan itu kemudian kita makan dagingnya bersama-sama. Kami sangat ingin makan daging saat ini. Nanti uang ganti ruginya biar Rasulullah yang membayar.”
Para sahabat hanya bergurau saja dan tidak menanggapi dengan serius. Namun, tiba- tiba Nu’aiman menyembelih hewan tersebut. Ketika orang kampung itu keluar dari masjid, dia terkejut dan menjerit kerana hewan tunggangannya mati. Rasulullah pun keluar rumah dan bertanya, “Siapa yang melakukan hal ini?”
Para sahabat menjawab, “Nu’aiman, wahai Rasul”. Kemudian, Rasulullah dan para sahabat mencari Nu’aiman dan menjumpainya sedang bersembunyi di balik pelepah kurma di dalam parit tidak jauh dari rumah Duba’ah bin al-Zubair bin ‘Abd al-Muttalib. Rasulullah dapat menemui karana ada seorang yang memberitahu tempat persembunyian Nu’aiman. Kemudian Rasulullah menyuruhnya keluar, dan melihat wajah Nu’aiman penuh dengan debu.
Rasulullah bertanya kepadanya, “Mengapa kamu melakukan hal ini?”
Nu’aiman menjawab, “Orang-orang yang menunjukan tempat aku bersembunyilah yang menyuruhku melakukan hal ini wahai Rasulullah”.
Setelah mendengar jawapan itu, Rasulullah membuang debu yang ada di wajah Nu’aiman dengan senyuman, kemudian Baginda mengganti harga unta yang telah disembelih itu.
Jualan Budak
Pada suatu ketika Abu Bakar R.A dan beberapa sahabat pergi pada berdagangan ke Busra. Banyak orang dalam perjalanan tersebut yang telah diberikan tugas tetap.
Suwaybit ibn Harmalah telah dipertanggungjawabkan untuk makanan dan peruntukan. Nu’aiman adalah salah seorang dalam perjalanan tersebut yang merasa lapar dan meminta Suwaybit untuk makanan. Suwaybit enggan dan Nu’aiman berkata kepadanya,
“Adakah kamu tahu apa yang saya akan lakukan lagi dengan kamu?” dan seterusnya memberi peringatan dan mengancamnya. Namun, Suwaybit tetap menolak.
Nu’aiman kemudian pergi kepada sekumpulan orang-orang Arab di Suq (pasar) dan berkata kepada mereka, “Adakah Anda ingin mempunyai budak yang kuat dan tegap yang saya bisa jual kepada Anda”.
Mereka setuju dan Nu’aiman meneruskan, “Dia itu pandai berbicara dan tidak mau mengaku. Dia akan menentang Anda dan berkata, ‘Saya orang yang bebas’, tapi janganlah dengar apa yang dia katakan itu itu.”
Orang tersebut membayar harga budak sebanyak sepuluh qala’is (keping emas) dan Nu’aiman menerimanya serta transaksi berjalan dengan lancar sekali seperti tiada muslihat di baliknya. Pembeli mengiringi Nu’aiman untuk mengambil ‘budak’nya. Nu’aiman terus menunjuk ke Suwaybit dan berkata: “Inilah budak yang saya jual kepada Anda.”
Lelaki tersebut memegang Suwaybit dan dia berseru sekuat hati untuk dibebaskan. “Saya orang bebas. Saya Suwaybit ibn Harmalah…”
Tetapi mereka tidak menghiraukannya dan mengikatkan tali di lehernya seperti yang biasa dilakukan kepada para budak.
Selama kejadian itu, Nu’aiman tidak tertawa atau mengelipkan kelopak mata. ia tetap tenang dan benar-benar serius saat Suwaybit terus menolak dibawa oleh para pembeli budak. Para teman pedagang yang mengenal Suwaybit akhirnya sadar apa yang terjadi dan bergegas mencari Abu Bakar, pemimpin kafilah itu, yang datang berlari segera menghampiri pembeli budak tersebut.
Abu Bakar menjelaskan kepada pembeli apa yang telah terjadi dan supaya mereka membebaskan Suwaybit dan mengambil uang mereka kembali. Abu Bakar kemudian tertawa terbahak-bahak dan begitu juga Suwaybit dan Nu’aiman.
Kembali di Madinah, kisah itu diceritakan kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan para sahabat, mereka semua turut tertawa. Wallahua’lam. (adm/Wikipedia)
Discussion about this post