Avesiar – Afghanistan
Jumlah korban meninggal dunia mendekati 3000 orang. Tragedi tersebut menimpa masyarakat di Afghanistan usai gempa berkekuatan 6,3 skala Richter di Afghanistan barat yang terjadi pada hari Sabtu (7/10/2023), diikuti oleh delapan gempa susulan yang kuat, telah mengguncang daerah yang sulit dijangkau di dekat Herat, merobohkan rumah-rumah pedesaan dan membuat penduduk kota panik turun ke jalan.
Dikutip dari The Guardian, Senin (9/10/2023), menurut para pejabat senior Taliban jumlah korban tewas mendekati 3.000 orang. Sedangkan korban selamat dari serangkaian gempa bumi dahsyat yang melanda itu telah menghabiskan malam kedua, dengan tidur di tengah reruntuhan desa-desa yang hancur saat mereka mencari orang-orang yang mereka cintai menggunakan sekop,
Di ibu kota daerah, kota Herat, masyarakat tidur di taman umum dan jalan karena takut akan gempa susulan. Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) melaporkan gempa berkekuatan 4,7 pada hari Senin pukul 14.16 waktu setempat (1046 BST) 19 mil (30 km) tenggara desa Qarabagh tengah di distrik Gulran, Herat, dan gempa berkekuatan 4,9 skala Richter lainnya. Gempa melanda daerah terpencil sebelum tengah hari.
“Kami khawatir akan ada korban tambahan di daerah itu juga, Tim kami saat ini sedang dalam perjalanan untuk memberikan bantuan ke wilayah yang terkena dampak,” kata seorang pejabat Taliban.
Afghanistan sudah berada dalam cengkeraman krisis kemanusiaan yang mengerikan, dengan penarikan bantuan asing secara luas setelah Taliban kembali berkuasa pada tahun 2021.
Tim penyelamat telah menemukan 350 jenazah lagi pada Minggu malam setelah para pejabat sebelumnya menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 2.445 dan petugas kesehatan mengatakan mereka kewalahan. “Van berisi mayat tiba di sini setiap menitnya,” kata seorang petugas medis di rumah sakit Herat.
Ditambahkan, bahwa mereka sedang berjuang dengan tingginya jumlah orang yang terluka. “Saya belum menghitung mayat. Kamar mayat kami sudah kehabisan kapasitas,” ujarnya.
Pejabat Taliban mengatakan beberapa desa berhasil dijangkau pada hari Senin untuk pertama kalinya sejak gempa.
“Operasi penyelamatan masih berlangsung. Pasukan dari kementerian pertahanan tiba di daerah tersebut pagi ini dan warga setempat secara aktif membantu operasi tersebut. Masih banyak orang di bawah reruntuhan dan daerah yang belum kami jangkau,” katanya. “Setidaknya 20 desa rata dengan tanah dan penduduknya masih tertimbun reruntuhan.”
Komite Penyelamatan Internasional memperingatkan kurangnya peralatan penyelamatan dapat meningkatkan jumlah korban tewas di Afghanistan barat karena para penyintas yang terperangkap tidak dapat dibebaskan.
Badan migrasi PBB, dilansir The Guardian, mengirimkan empat ambulans bersama dengan dokter dan konselor dukungan psikososial ke rumah sakit regional. Minimal tiga tim kesehatan keliling sedang dalam perjalanan ke distrik Zenda Jan, salah satu daerah yang paling terkena dampaknya.
LSM Médecins Sans Frontières mendirikan lima tenda medis di rumah sakit daerah Herat dengan kapasitas hingga 80 pasien.
Mohammad Javad, dari desa Koshkak, menggambarkan dampak buruk yang terjadi di distrik Zenda Jan.
“Dindingnya runtuh hanya dalam dua detik, dan seluruh desa hancur dalam waktu yang sama,” katanya dari sebuah sekolah yang menampung para penyintas di Herat. “Saya kehilangan seorang anggota keluarga dan tetangga saya kehilangan setidaknya empat orang yang mereka cintai. Dari 1.000 lebih penduduk desa tersebut, kemungkinan besar hanya seperempat dari mereka yang berhasil bertahan hidup. Ini seperti kuburan besar.”
Korban selamat lainnya mengatakan kepada Guardian melalui telepon: “Kami belum menerima bantuan apa pun sejak gempa terjadi. Tidak ada yang tersisa di sini, dan setiap rumah di desa-desa mengalami kerusakan. Saya dan suami sedang berada di luar ketika kejadian itu terjadi, dan kami selamat. Banyak orang kehilangan nyawa di sini.”
Pada bulan Juni 2022, gempa bumi dahsyat melanda wilayah pegunungan terjal di Afghanistan timur, meratakan rumah-rumah yang terbuat dari batu dan bata lumpur.
“Masyarakat berada dalam kondisi yang memprihatinkan di tempat-tempat terpencil, mereka membutuhkan makanan, pakaian dan tempat tinggal. Mereka sudah menjadi orang-orang yang sangat miskin dan tidak punya apa-apa lagi sekarang,” kata pejabat Taliban itu.
Provinsi Herat, rumah bagi lebih dari 3 juta orang di perbatasan dengan Iran, dilanda kekeringan selama bertahun-tahun yang melumpuhkan banyak komunitas pertanian.
Daerah yang terkena dampak juga menampung banyak pengungsi yang baru saja kembali dari Iran dan Pakistan, menurut pejabat Taliban.
Badan-badan bantuan dan LSM telah meminta bantuan dari komunitas internasional. Bantuan dari Iran dan Pakistan sejauh ini telah tiba di wilayah tersebut, menurut Taliban.
“Dengan semakin dekatnya musim dingin, daerah yang terkena dampak akan segera mengalami kondisi yang sangat dingin. Banyak keluarga tidak hanya kehilangan rumah tetapi juga pencari nafkah utama. Mereka sangat membutuhkan bantuan segera dan tempat berlindung yang layak,” kata Gubernur Herat, Noor Ahmad Islamjar, pada hari Minggu. (ard)
Discussion about this post