Avesiar – Depok
Keanekaragaman budaya Indonesia adalah kekayaan tidak semua negara di dunia memilikinya. Dari sisi kuliner, Indonesia memiliki aneka jenis makanan dari berbagai suku dan daerah yang satu sama lainnya berbeda.
Kekayaan kuliner Indonesia inilah yang dijadikan oleh Suharno, pemilik rumah makan Dapur Betawi, yang memiliki cabang di Jalan Raya Bojongsari, Depok, dan Jalan Karang Tengah Raya No.18, Pangkalan Jati, Cinere, Depok, sebagai usaha yang mengedepankan budaya masakan Betawi.
Hidangan khas Betawi yang kini sudah langka untuk disajikan misalnya Gabus Pucung. Masakan ini berupa hidangan ikan Gabus berkuah, memiliki kuah berwarna kehitaman karena bahan utamanya adalah Pucung yang dikenal oleh orang Jawa dengan sebutan kluwak atau kluwek. Tampilan kuah Pucung mirip dengan Rawon dari Jawa Timur. Sedangkan bumbu-bumbunya adalah cabai, bawang merah, bawang putih, kencur, jahe, dan kunyit.
Kepada avesiar.com, baru-baru ini, Suharno bercerita awal usaha itu ia rintis. Awalnya, usaha yang ia beri nama Dapur Betawi Cabe 5 itu dimulai dari nol pada tahun 2005, berupa warung tenda. Warung tersebut menjual sayur asem, ikan pepes, dan ayam goreng.

“Suka dukanya tentu ada. Terutama kalo jualan engga laku. Barang-barang rusak harus dibuang. Ketika itu di 2005 saya dan istri masih sama-sama bekerja. Jadi untuk menutupi kerugian kami nombok dari uang gaji kami. Kami selalu bersemangat untuk mengajak karyawan untuk terus membuat makanan yang berkualitas. Dan kami mengatakan karyawan harus bekerja dengan sebaik-baiknya, masalah kerugian kami yang tanggung jawab,” kenang pria 56 tahun itu.
Masa-masa sulit berhasil dilalui hingga kemudian omset usaha itu mulai membaik. Menurut dia, mulai ada keuntungan untuk menabung dan berinvestasi.
Kesulitan usaha terjadi ketika pandemi Covid-19 melanda. Diceritakannya, saat pandemi omset jauh menurun dan cenderung merugi. “Kami harus terus bertahan dengan sisa cadangan dana yang ada. Karyawan gajian sesuai dengan kemampuan kami. Alhamdulillah masih dapat terus bertahan,” ujar kelahiran Betawi, tepatnya dari Kelurahan Pondok Cabe Ilir, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
Beruntungnya, lanjut suami dari Cynthia itu, masakan Dapur Betawi Cabe 5 sangat berbeda dengan resto-resto yang lain. Menu-menu boleh dikatakan sedikit pesaingnya. Seperti Gabus Pucung, Sayur Besan, dan Pecak Gurame menjadi andalan dari rumah makan yang memiliki tagline “Makanan Terlangka di Dunia” itu.

Meskipun bisnis kuliner identik sebagai sumber penghasilan, namun Suharno mengakui Dapur Betawi Cabe 5 tidak menjadi penopang ekonomi utama keluarga mereka. Alasannya, bahwa hingga tahun 2011 ia masih menjadi karyawan kantoran.
“Begitu juga sampai saat ini. Istri saya masih bekerja. Jadi keuntungannya selain kami tabung untuk investasi, kami salurkan juga untuk kegiatan sosial dan keagamaan,” beber ayah dari M Farhan, M Rafif, dan Haliza kepada Avesiar.com.
Saat ini, Suharno mengiyakan bahwa daya beli turun dibandingkan sebelumnya. Sehingga, dia harus memutar otak untuk bisa tetap menjalankan usaha kulinernya. “Betul sekali daya beli saat ini sangat menurun. Ya semua harus dihadapi dengan berbagai cara seperti promo-promo, diskon, dan lain sebagainya,” ujarnya.

Masakan yang dijual Dapur Betawi milik Suharno tidak hanya bisa dinikmati di outlet atau rumah makan offline saja, namun juga tersedia di Gofood, serta ada lunchbox dan pesanan catering.
Mengenai omset dari usahanya tersebut, Suharno menyebut cukup lumayan. ‘Omset cukup lumayan, yang penting bisa buat gaji, sewa tempat, sodaqoh, dan sedikin menabung,” ungkap pria yang bercita-cita bisa buka cabang di Mekkah.

Dengan menu utama Pecak Gurame, Gabus Pucung, Sayur Besan, serta puluhan menu lainnya, ia mengatakan soal harga masih sangat terjangkau mulai dari belasan ribu rupiah hingga tertinggi yaitu Gabung Pucung Rp 85.000 per porsinya.

Soal rasa, Suharno menyatakan tidak perlu diragukan karena Dapur Betawi miliknya mempekerjakan seorang koki yang asli Betawi. Dapur Betawi yang didirikannya juga memiliki lahan yang luas untuk kumpul-kumpul dan parkir yang memadai. Tempat ini bisa dijadikan tempat ini salah satu tujuan wisata kuliner tradisional. (ard)
Discussion about this post