Avesiar – Jakarta
Berlapang dada dan senantiasa bersyukur atas segala keadaan memang tidak mudah dilakukan. Namun, tentu sikap ini akan menjadi sebuah sikap yang memudahkan diri untuk ikhlas dan menjauhi buruk sangka terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Sebagai Muslim, dibutuhkan sifat qanaah untuk bisa menjalani dengan lapang dada.
Qanaah, dikutip dari laman Majelis Ulama Indonesia, Senin (12/12/2022), adalah menerima rezeki Allah Subhanahu Wa Ta’ala apa adanya dan penuh rasa syukur. Seseorang itu menjadi serba kekurangan terkadang karena ada pada kondisi dan situasi yang sulit untuk bergerak dan berusaha.
Seseorang Mukmin hendaklah tetap bersabar dan bila ia bersabar, maka kondisi bersabar dalam kesempitan dipuji Allah sebagai orang atau hamba yang berada di jalan Allah.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an Surah Al Baqarah, ayat 273:
“Apa yang kamu infakkan) adalah untuk orang-orang fakir yang terhalang (usahanya karena jihad) di jalan Allah, sehingga dia yang tidak dapat berusaha di bumi; (orang lain) yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka menjaga diri (dari meminta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta yang baik yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui.”
Berada di jalan Allah tetap tidak dibenarkan meminta minta. Seseorang tetap harus menjaga diri dan tidak memanfaatkan situasi itu untuk meminta-minta dengan alasan berada di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Imam Ali Karramallahu wajhahu berkata,
“Jangan berharap kepada orang lain niscaya engkau sepadan dengan mereka. Muliakanlah orang lain niscaya mereka engkau jadi penuntun mereka, dan bila engkau bergantung kepada orang lain niscaya engkau berada pada kendalinya.”
Allah selalu jamin mereka yang qanaah sebagaimana hadis Qudsi :
Allah berfirman, “Hai anak cucu Adam fokuslah ibadah, niscaya aku isi dadamu rasa kaya, dan aku penuhi kebutuhan hidupmu. Jika tidak kamu lakukan itu, maka dadamu kuisi rasa sibuk dan tidak kupenuhi hajat hajatmu.”
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pernah ingatkan sahabatnya Hakim radhiallahuanhu untuk tidak memburu harta benda karena itu bagian dari tamak hati:
“Hai Hakim, harta itu manis dan segar. Siapa ambil dengan jiwa derma dan tidak tamak maka diberkahi, dan siapa yang ambil dengan jiwa serakah, tidak diberkahi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Qanaah itu kaya di hati, damai dengan keadaan dan selalu syukuri nikmat Allah. Manakala seorang Mukmin ingin merasakan nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam keseharian, maka hendaklah ia merasa cukup dengan hasil yang di dapat saat itu, karena itu adalah anugerah Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepadanya. Wallahua’lam. (adm)
Discussion about this post