Avesiar – Tepi Barat
Laporan investigasi oleh sebuah surat kabar Inggris, dilansir The New Arab, Selasa (11/7/2023), memperlihatkan bukti video yang menunjukkan bahwa seorang remaja Palestina yang ditembak mati selama serangan brutal militer Israel minggu lalu di Jenin tidak bersenjata.
Remaja berusia 16 tahun bernama Abdulrahman Hasan Ahmad Hardan ditembak dan dibunuh oleh seorang penembak jitu Israel pada tanggal 4 Juli. Saat dia sedang berdiri di luar rumah sakit Al-Amal Jenin, dengan maksud untuk mendonorkan darahnya menyusul seruan dari Masjid setempat untuk para sukarelawan.
Orang tua remaja tersebut, serta saksi mata, memverifikasi bukti CCTV yang diterbitkan oleh The Times, yang memperoleh rekaman tersebut dari sebuah toko yang berdekatan dengan rumah sakit.
Video itu memperlihatkan bocah berusia 16 tahun dengan tangan kosong mencondongkan tubuh ke depan saat dia melihat ke jalan di luar rumah sakit Jenin. Dia kemudian tiba-tiba jatuh ke tanah setelah ditembak oleh penembak jitu, terjadi pada hari kedua serangan udara dan darat Israel di kota itu, yang menewaskan sedikitnya 12 orang Palestina dan puluhan lainnya terluka.
Empat orang Palestina yang tewas berusia di bawah 18 tahun.
“Putraku bahkan belum berusia 17 tahun,” kata ibunya, Kifaya Hardan, kepada The Times dari rumah keluarga di desa Fahmeh di Tepi Barat yang diduduki.
“Pendudukan membunuhnya dengan darah dingin dan menuduhnya mengambil bagian dalam konfrontasi bersenjata. Dia tidak membawa senjata atau apa pun. Dia masih anak-anak,” lanjutnya.
Remaja berusia 16 tahun itu menjalani operasi segera setelah penembakan dan meninggal lima jam kemudian, kata keluarganya.
Ibunya mengatakan dia “tidak punya alasan” untuk percaya bahwa putranya akan berada dalam bahaya karena serangan Israel dilakukan di kamp Jenin, sementara rumah sakit tersebut terletak di luar daerah tersebut, dalam sebuah wawancara dengan The Times.
“Dia anak biasa, dia bukan teroris seperti yang mereka katakana. Setiap warga Palestina di mata mereka adalah teroris, bersenjata atau tidak,” kata ibunya.
Serangan besar-besaran, yang memperlihatkan pasukan Israel menggunakan serangan pesawat tak berawak dan buldoser lapis baja, digambarkan sebagai salah satu yang terburuk dalam dua dekade.
Pasukan Israel mengklaim bahwa bocah lelaki Palestina itu membawa senjata otomatis, meskipun rekaman CCTV menunjukkan sebaliknya.
Juru bicara tentara Israel, Letnan Kolonel Richard Hecht, juga mengklaim bahwa Hardan “bukan anak kecil”.
Di bawah hukum internasional, penggunaan senjata api oleh pasukan keamanan terhadap warga sipil hanya diizinkan sebagai upaya terakhir dan bila ada “ancaman kematian atau cedera serius”.
Anak-anak juga diberikan perlindungan tambahan di bawah hukum kemanusiaan tersebut.
Tentara Israel sering mengatakan bahwa mereka hanya menargetkan pejuang Palestina atau individu bersenjata, tetapi pasukan Israel secara rutin membunuh pria, wanita dan anak-anak Palestina yang tidak bersenjata sejak memulai pendudukannya di Tepi Barat pada tahun 1967.
Pasukan Israel yang dituduh melakukan kekerasan atau kesalahan terhadap warga Palestina jarang diadili.
Pasukan Israel sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 190 warga Palestina selama penggerebekan di Tepi Barat tahun ini, dengan setidaknya 35 kematian adalah anak-anak. (ard)
Discussion about this post