KAMU KUAT – Jakarta
Masa remaja adalah masa yang berapi-api. Di usia yang penuh dengan semangat dan energi ini para remaja sangat optimis untuk bisa melakukan banyak hal. Mulai dari kegiatan olahraga, hobi, seni budaya, hingga berorganisasi.
Salah satu yang menarik adalah kegiatan berorganisasi di mana remaja tidak hanya belajar tentang diri mereka sendiri, tetapi juga bagaimana bekerja sama dengan orang lain, memimpin, dan mengambil keputusan. Dengan berorganisasi, mereka tidak hanya mengembangkan keterampilan, tetapi juga membangun fondasi kuat untuk masa depan yang lebih cemerlang.
Setiap individu memiliki peluang besar untuk berkembang, bukan hanya di bidang akademik tetapi juga dalam keterampilan sosial. Salah satu cara terbaik untuk mengasah potensi tersebut adalah dengan aktif berorganisasi. Tidak hanya memberikan pengalaman berharga, kegiatan ini juga membentuk karakter, melatih kepemimpinan, dan mempersiapkan remaja menghadapi tantangan dunia nyata.
Dikutip dari Wikipedia bahasa Indonesia, Ahad (14/12/2024), organisasi atau pertubuhan (bahasa Belanda: organisatie) merupakan sekumpulan dua orang atau lebih yang berkumpul dalam wadah yang sama dan memiliki satu tujuan. sumber daya baik dengan metode, material, lingkungan dan uang serta sarana dan prasarana, dan lain sebagainya dengan efisien dan efektif untuk bisa mencapai tujuan organisasi.
Dalam lingkup ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari sebagai objek penelitian oleh antara lain ilmu sosiologi, ekonomi, politik, psikologi, antropologi, sejarah, dan manajemen. Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.
Dalam hal menapaki pengalaman berorganisasi, beberapa sahabat kanal remaja KAMU KUAT! rela berbagi cerita. Yuk kita cermati sebagai referensi dan acuan!
Hasna Lahya Abida, semester 1, Universitas Padjadjaran

“Sebenernya aku pas SMA ngga pernah masuk Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan volunteer atau kepanitiaan apa-apa. Namun ketika kuliah, aku bertemu banyak orang dari berbagai daerah dan memperhatikan mereka yang mempunyai pengalaman yang lebih banyak, aku tuh seperti kagum dan ingin seperti mereka. Berani tampil aktif ikut organisasi atau kepanitiaan. Ketika SMA aku berfikir ingin mencoba, tapi belum ada keberanian dan belum tertarik. Banyak pertanyaan dalam benak aku, pasti akan ada seleksi dan jika tidak keterima bagaimana? Udah capek tapi cuma dapet malu doang bagaimana? Tapi ketika memasuki dunia perkuliahan pola pikir itu aku ubah,” kata Hasna kepada tim redaksi KAMU KUAT!, Ahad (14/12/2024).
Ketika ada penerimaan kepanitian volunteer dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Divisi Pengabdian masyarakat, lanjutnya, Hasna memberanikan diri untuk mencoba. Ternyata ketika sesi wawancara tidak semenakutkan yang dibayangkan dan ia diterima menjadi bagian dari BEM tersebut.
“Jika ditanya apa aku menyesal ikut keorganisasian? Jawaban aku, aku tidak pernah merasa menyesal karena di organisasi ini aku punya banyak pengalaman baru, bisa kenal banyak orang, Bisa punya kenalan kating (kakak tingkat) prodi lain, bisa tahu tempat tempat yang murah buat beli beli barang, konsumsi panitia, diajak ke tendik (tenaga kependidikan), dikenal banyak dosen. Ketika acaranya lancar lalu poster proker (program kerja) kita dipajang di hall kampus ada kebanggaan dan kepuasan tersendiri,” ungkapnya.
Razan Aisyrinata, semester 3, Institut Teknologi Bandung (ITB)

Razan Aisyrinata yang duduk di semester 3, Institut Teknologi Bandung (ITB), punya kisah tersendiri. Menurutnya, sebagai seorang remaja organisasi itu hanya sebuah wadah untuk bisa mengembangkan diri dan dianjurkan untuk ikut karena sangat banyak keuntungannya. Namun, berorganisasi perlu ada dorongan dari diri sendiri dan bukan dijadikan paksaan untuk ikut sebagai alasan FOMO atau dorongan eksternal lainnya.
“Apalagi, tiap organisasi juga ada bidangnya masing-masing, jadi apabila seorang remaja menemukan sebuah organisasi yang seminat dengan dirinya, menurut ku pribadi harus coba ikut organisasi tersebut. Tapi kalau memang belum nemu organisasi yang seminat dengan dirinya, jangan paksain diri untuk ikut. Untuk aku pribadi, aku juga ikut sebuah organisasi, yaitu Himpunan Mahasiswa Sipil ITB yang di mana organisasi tersebut itu sejalan dengan arah karirku. Jadi memang merasa mendapatkan banyak benefitnya. Di luar itu, aku juga pernah masuk ke beberapa organisasi lain, seperti organisasi Pengabdian Masyarakat, Game Development, dan lainnya, tetapi kurang sejalan dengan passion-ku, jadi aku memutuskan untuk berhenti,” paparnya.
Razan melihat bahwa, mengikuti organisasi dapat memengaruhi hasil akademik seseorang secara negatif, tetapi hal itu hanya terjadi apabila seseorang tidak pandai dalam mendistribusikan waktunya dan membuat skala prioritas yang ideal. Oleh karena itu, imbuhnya, organisasi sangat bisa diimbangi dengan akademik, hanya saja seseorang perlu memperhatikan penggunaan waktunya lebih dalam.
“Namun, menurut ku juga sebenernya organisasi juga bisa meningkatkan akademik karena akan ketemu banyak temen yang sefrekuensi, sehingga akan ada lebih banyak orang yang memungkinkan untuk bantu dari sisi akademik karena temen yang semakin banyak juga. Berorganisasi secara definisi itu adalah bekerja sama dengan orang lain untuk memperoleh target yang sama. Juga bisa membantu diri untuk dapat mengembangkan soft skill seperti berpendapat, public speaking, dan lainnya yang menurutku jauh lebih penting untuk mendeterminasi kesuksesan karir kita di dunia kerja dibandingkan ilmu-ilmu akademik,” ujarnya.
Muhamad Revaldi Aflah, semester 1 Universitas Mataram

Sedangkan Revaldi, mahasiswa semester 1 Universitas Mataram, mulai mengenal organisasi dari September 2024. Ia mulai tertarik karena banyak soft skill yang diajarin dan banyakin relasi juga. Revaldi mulai bergabung dengan organisasi dihimpunan mahasiswa ilmu komunikasi, dan perkumpulan mahasiswa Jabodetabek.
“Ketika aku bergabung di organisasi, aku merasa ada perubahan dan tidak menyesal mengikutinya karena di dalam organisasi pasti ada kekurangannya, justru kekurangan itu yang membuat kita jadi berpikir kritis untuk mengubah kekurangan menjadi kelebihan,” terangnya.
Kegiatan di himpunan mahasiswa ilmu komunikasi, imbuhnya, ada 2 kegiatan, yaitu event menyalurkan bakat yang menjadi wadah untuk dia dan teman-teman dapat berekspresi. “Hal ini menjadi tantangan bagi kami, di mana kami belajar membuat acara seminar, mencari pemateri, dan juga ada kemarin kepanitiaan buat musyawarah besar membahas anggaran dasar rumah tangga. Jadi saya belajar cara berorganisasi dan kepanitiaan formal di sana,” pungkasnya.
Patria Adhistian, ST, MM, Dosen Teknik Industri Universitas Pamulang

Jika komentar soal berorganisasi di atas berasal dari para mahasiswa, bagaimana pandangam seorang dosen. Berikut pandangan dari Patria Adhistian, ST, MM, Dosen di fakultas Teknik Industri Universitas Pamulang.
Menurut Patria, remaja yang aktif dalam organisasi umumnya menunjukkan karakteristik positif yang sangat bermanfaat untuk perkembangan remaja. Karena, ulasnya, organisasi melatih kepemimpinan dan kerja sama, mengasah soft skills, memperluas jaringan sosial, meningkatkan kepercayaan diri, serta belajar manajemen konflik dan emosi,
“Namun, penting juga untuk memastikan bahwa aktivitas organisasi tidak mengganggu kewajiban akademik dan keluarga. Dengan bimbingan yang tepat, remaja yang aktif di organisasi berpeluang besar untuk menjadi individu yang kompeten, bertanggung jawab, dan peduli terhadap masyarakat. Ikut organisasi bukan berarti prestasi akademik menurun. Karena tidak ada kaitannya. Prestasi berkaitan dg belajar dan berlatih, dan untuk berorganisasi harus pengaturan waktu yang baik, batasan keterlibatan, dukungan dari orang tua dan guru, dan fokus pada kualitas, bukan kuantitas.
Patria mengatakan bahwa penting untuk memilih jenis organisasi yang benar-benar sejalan dengan minat dan tujuan, daripada bergabung dalam terlalu banyak organisasi yang hanya menambah beban. Tentu, rasa ragu atau kurang percaya diri adalah hal yang wajar bagi remaja yang baru ingin mulai aktif di organisasi.
“Beberapa hal ini mungkin bisa jadi panduan, yaitu; mulailah dari lingkungan yang nyaman, cari tahu informasi tentang organisasi, mulai dari peran kecil, bangun hubungan dengan anggota lain, fokus pada proses belajar, temukan role model atau inspirasi dari pemimpin, kembangkan kepercayaan diri secara bertahap, dimulai mengemukakan pendapat pribadi dan berbicara di depan orang banyak; jangan takut bertanya, dan beri kesempatan pada diri sendiri,” tuturnya berpesan.
Sebagai dosen, ia mengakui perannya adalah membantu mahasiswa menemukan keseimbangan antara akademik dan kegiatan organisasi, serta memberikan dukungan agar mereka dapat memaksimalkan potensi mereka. Organisasi, imbuhnya, adalah laboratorium hidup yang melengkapi pembelajaran formal, dan tugas saya adalah memastikan mereka bisa mendapatkan manfaat terbaik dari keduanya.
So guys, dari berbagai ulasan dan komentar dapat disimpulkan bahwa berorganisasi bukan hanya tentang bekerja sama atau mengisi waktu luang, tetapi juga tentang membentuk karakter, meningkatkan kepercayaan diri, memperluas wawasan, dan mempersiapkan diri menghadapi masa depan. Jadi, jangan ragu untuk terlibat dalam organisasi yang sesuai dengan minat dan tujuanmu.
Jadikan masa remajamu lebih bermakna dengan berkontribusi dan berkembang bersama. Ingat, langkah kecil hari ini bisa menjadi fondasi besar untuk masa depanmu! (Resty)
Discussion about this post