Avesiar – Jakarta
Buta aksara Al-Qur’an di Indonesia masih terbilang tinggi. Demikian disampaikan Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta Dr Hj Nadjmatul Faizah dalam pidato pada sidang senat terbuka Wisuda Sarjana ke-23, Magister ke-16, dan Doktor ke-2, serta Dies Natalis ke-45 di gedung Universitas Terbuka Convention Center (UTCC) Tangerang Selatan, Kamis (15/9/2022).
Hal itu, dilansir nu.or.id, berdasarkan hasil riset kemampuan membaca Al-Qur’an yang dilakukan kepada 3111 subjek di 25 provinsi Indonesia dengan menggunakan empat parameter acuan, yakni; makharij al-huruf, shifat al-huruf, ahkam al-huruf, dan al-mad wa al-qashr.
Riset, lanjut dia, menunjukkan bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an di banyak daerah Indonesia masih rendah dengan indeks tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an pada level cukup dan kurang pada tahap awal dengan persentase sebesar 72,25 persen.
Menurut dia, hal ini harus menjadi perhatian bersama guna melakukan peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an bagi masyarakat Indonesia.
Sebab itu, pihaknya memberikan beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mendongkrak angka kemampuan masyarakat Indonesia dalam membaca Al-Qur’an.
Pertama, menggunakan metode Maisura dalam peningkatan serta pendalaman kemampuan membaca Al-Qur’an.
Kedua, menggunakan metode Baghdadi dalam memberantas buta aksara serta perbaikan bacaan Al-Qur’an dengan menggandeng stakeholders terkait.
Ketiga, pemberian hibah penelitian atau pengabdian dari Kementerian Agama untuk program pembelajaran Al-Qur’an yang dilakukan oleh IIQ Jakarta.
Keempat, pengiriman utusan oleh pemerintah daerah untuk menempuh studi di IIQ dalam rangka memberantas buta aksara Al-Qur’an dan pemberdayaan masyarakat. (dwi)
Discussion about this post