Avesiar – Jakarta
Pandemi telah sangat memengaruhi kesehatan mental dan hubungan orang-orang di seluruh dunia, terutama untuk orang dewasa muda, berdasarkan temuan dari studi terbaru.
Dilansir The Guardian, Rabu (1/3/2023), laporan annual mental state of the world report (MSW) atau kondisi mental dunia tahunan ketiga yang dilaksanakan oleh Sapien Labs, sebuah organisasi penelitian nirlaba, melakukan survei global untuk lebih memahami kondisi kesehatan mental.
Penelitian tersebut mengumpulkan tanggapan dari lebih dari 400.000 peserta di 64 negara, menanyakan kepada responden tentang hubungan keluarga, persahabatan, dan kesehatan mental mereka secara keseluruhan.
Survei tersebut menemukan bahwa ada sedikit pemulihan dalam penurunan kesehatan mental selama pandemi, yang diukur oleh kelompok tersebut dengan skor yang disebut “mental health quotient”.
Ditemukan bahwa skor rata-rata telah menurun sebesar 33 poin – pada skala 300 poin – selama dua tahun terakhir dan masih belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan, tetap pada level yang sama dengan tahun 2021.
Survei tersebut juga menemukan bahwa orang dewasa muda lebih cenderung memiliki tantangan kesehatan mental dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
Orang berusia 18 hingga 24 tahun juga memiliki “social self” yang lebih rendah, sebuah metrik yang mengukur bagaimana individu memandang diri mereka sendiri dan kemampuan untuk mempertahankan hubungan yang bermakna. Mereka juga tiga kali lebih mungkin tidak akur dengan anggota keluarga, melaporkan tingkat ketidakstabilan, dan konflik keluarga yang lebih tinggi.
Orang dewasa muda juga lebih cenderung tidak memiliki teman dekat, dibandingkan dengan mereka yang berusia 75 tahun ke atas, lapor survei tersebut.
“Pola ini, terlihat bahkan sebelum pandemi, menunjukkan pembalikan tajam dari pola yang didokumentasikan sebelum tahun 2010, menunjukkan penurunan dramatis kesejahteraan mental pada setiap generasi muda daripada peningkatan kesejahteraan seiring bertambahnya usia,” catat penelitian tersebut.
Hubungan keluarga berkurang di seluruh dunia, menurut penelitian, yang dapat merusak kesehatan mental seseorang.
Orang yang tidak memiliki persahabatan dekat dan hubungan keluarga yang buruk 10 kali lebih mungkin mengalami kesehatan mental yang buruk, demikian temuan penelitian tersebut.
Tara Thiagarajan, pendiri dan kepala ilmuwan di Sapien Labs, mengatakan dalam sebuah pernyataan: “Data ini menunjukkan bahwa kita belum sepenuhnya menghargai sifat relasional jiwa manusia yang mendalam. Sebanyak mungkin kita percaya bahwa kita masing-masing mandiri, kesejahteraan kita sangat relasional.”
Tanzania, Panama, Puerto Rico, Republik Dominika, dan Venezuela adalah negara dengan peringkat kesehatan mental tertinggi, sedangkan Inggris, Irlandia, Australia, Afrika Selatan, dan Brasil semuanya memiliki peringkat kesehatan mental yang lebih rendah. (ard)
Discussion about this post