Avesiar – Jakarta
Banyak orang yang memohon agar diberikan hadiah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan Haji yang mabrur usai melaksanakan ibadah Haji ke Tanah Suci Makkah.
Sebelum mengetahui cirri-ciri orang yang mendapatkan karunia Haji yang telah ditunaikannya mabrur, perlu diketahui terlebih dahulu apa yang disebut dengan Haji Mabrur.
Dikutip dari laman Nahdlatul Ulama, Ahad (16/7/2023), Haji Mabrur menurut bahasa adalah Haji yang baik atau yang diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Sedangkan menurut istilah syar’i, Haji Mabrur ialah Haji yang dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, dengan memperhatikan berbagai syarat, rukun, dan wajib, serta menghindari hal-hal yang dilarang (muharramat) dengan penuh konsentrasi dan penghayatan semata-mata atas dorongan iman dan mengharap ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, dalam hadits riwayat Bukhari, memberikan penjelasan terkait pahala atau balasan bagi jemaah Haji yang mendapatkan predikat “mabrur”.
“Tidak ada balasan (yang pantas diberikan) bagi haji mabrur kecuali surga,” (HR Bukhari).
Predikat “mabrur” memang hak prerogatif Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk disematkan kepada hamba yang dikehendaki-Nya. Tetapi seseorang yang dapat meraih Haji Mabrur pasti memiliki ciri-ciri tersendiri.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga pernah memberikan kisi-kisi tanda atau ciri-ciri bagi setiap orang yang mendapatkan predikat mabrur hajinya.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnad-nya.
“Para sahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah, apa itu haji mabrur?’ Rasulullah menjawab, ‘Memberikan makanan dan menebarkan kedamaian.’”
Walaupun hadits ini divonis munkar syibhul maudhu’ oleh Abu Hatim dalam kitab Ilal ibn Hatim, tetapi ada riwayat lain yang marfu’ dan memiliki banyak syawahid. Bahkan divonis Shahihul Isnad oleh Al-Hakim dalam kitab Mustadrak-nya, walaupun Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Sebagaimana dikutip Imam Badrudin Al-Aini dalam Umdatul Qari-nya.
“Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ditanya tentang Haji mabrur. Rasulullah kemudian berkata, ‘Memberikan makanan dan santun dalam berkata.’ Al-Hakim berkata bahwa hadits ini sahih sanadnya tetapi tidak diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.”
Dari dua hadits di atas bahwa sebagian dari tanda mabrurnya Haji seseorang ada tiga:
Pertama, santun dalam bertutur kata (thayyibul kalam).
Kedua, menebarkan kedamaian (ifsya’us salam).
Ketiga, memiliki kepedulian sosial yaitu mengenyangkan orang lapar (ith’amut tha’am).
Dapat disimpulkan dari 3 ciri-ciri tersebut bahwa predikat mabrur yang diraih oleh seorang yang telah menjalankan ibadah Haji sebenarnya tidak hanya memberikan dampak terhadap kehidupan orang tersebut, melainkan juga berdampak besar kepada sisi sosial di lingkungan orang yang berangkat Haji tersebut. Wallahu a’lam. (adm)
Discussion about this post